Senin, 13 September 2010

sebaiknya seorang Muslim hendaknya memperhatikan adab berhari raya. Rasulullah SAW telah memberi contoh dan teladan tentang adab berhari raya.

Dalam Kitab Mausuu'atul Aadaab Al-Islaamiyyah, Syekh Abdul Azis bin Fathi As-Sayyid Nada menjelaskan adab berhari raya secara rinci. Lalu apa saja adab yang perlu diperhatikan saat berhari raya?

Pertama
, niat yang benar.
Niat yang benar merupakan dasar dari semua urusan. ''Wajib bagi seorang Muslim menghadirkan niat yang benar dalam segala perkara berkaitan dengan hari raya, seperti berniat ketika keluar rumah untuk shalat demi mengikuti Nabi SAW,'' ungkap Syekh Sayyid Nada.

Kedua, mandi.
Pada hari Idul Fitri hendaknya setiap Muslim mandi. Sehingga, kata Syekh Sayyid Nada, dapat berkumpul bersama kaum Muslimin lainnya dalam keadaan bersih dan wangi. Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, bahwa ia mandi pada hari raya Idul Fitri, sebelum berangkat ke tempat shalat. (HR Malik dalam kitab al-Muwaththa).

Ketiga, memakai wewangian.
Saat akan shalat Idul Fitri, hendaknya setiap Muslim memakai wewangian dan dalam keadaan bersih.

Keempat, memakai pakaian baru.
Menurut Syekh Sayyid Nada, jika seseorang mampu, disunahkan memakai pakaian baru pada hari raya Idul Fitri. Hal itu menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT dan menunjukkan kegembiraan pada hari raya.  Ibnu Umar RA memakai pakaian terbaiknya pada kedua hari raya. (HR Al-Baihaki).

Kelima, mengeluarkan zakat fitrah sebelum melaksanakan shalat.
Sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, seorang Muslim hendaknya mengeluarkan zakat fitrah sebelum shalat untuk menggembirakan fakir-miskin dan orang yang membutuhkan pada hari Ied tersebut.  Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk mengeluarkan zakat fitrah sebelum orang-orang keluar untuk shalat. (HR Bukhari-Muslim).

Keenam, memakan kurma sebelum berangkat darirumah pada hari raya Idul Fitri.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ath-Thabrani, Rasulullah SAW sebelum berangkat shalat pada hari raya Idul Fitri memakan kurma terlebih dahulu. Dalam riwayat lain disebutkan, Nabi SAW tak berangkat shalat Idul Fitri kecuali setelah makan, sedangkan beliau tidak makan pada hari raya Idul Adha, kecuali setelah pulang dan makan dari hewan kurbannya. (HR at-Tirmidzi)

Ketujuh
, bersegera menuju tempat shalat.
Pada hari raya Idul Fitri, hendaknya setiap Muslim bergegas menuju tempat dilakukannya shalat I'ed.

Kedelapan, keluarnya wanita ke tempat shalat.
Menurut Syekh Sayyid Nada, wanita dianjurkan untuk keluar menuju tempat shalat walaupun sedang haid. Sehingga, mereka dapat menyaksikan dan mendapat kemuliaan hari raya serta merasakan kebahagiaan bersama orang lain.

''Meski begitu, hendaknya wanita yang haid memisahkan diri dari tempat shalat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari-Muslim, Nabi SAW memerintahkan gadis-gadis pingitan, anak-anak, serta wanita haid untuk keluar, namun wanita haid yang menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum Mukminin, hendaklah mereka memisahkan diri dari tempat shalat.

Kesembilan
, anak-anak juga keluar untuk shalat.
Ibnu Abbas RA berkata, ''Aku keluar bersama Nabi SAW pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, kemudian beliau shalat dan berkhutbah…'' (HR Bukhari-Muslim). Menurut Syekh Sayyid Nada, hendaknya anak-anak ikut keluar sehingga mereka ikut merasakan kebahagiaan hari raya, bersenang-senang dengan pakaian baru, keluar ketempat shalat, dan menyaksikan jamaah kaum Muslimin walaupun mereka tidak shalat karena masih kecil.

Kesepuluh, keluar untuk shalat dengan berjalan kaki.
Keluar berjalan kaki untuk shalat termasuk sunah. Sebagaimana Nabi SAW keluar pada dua hari raya dengan berjalan kaki, shalat tanpa azan dan iqamat, dan pulang berjalan kaki melalui jalan lain.  (HR Ibnu Majah). Perbuatan inilah yang disukai selama tak memberatkan orang yang shalat.

Kesebelas, bertakbir denga suara keras sampai ke tempat shalat.
Disunahkan bertasbih mulai dari keluar rumah sampai ke tempat shalat. Hal ini untuk menunjukkan syi'ar Islam.

Keduabelas, bersalaman dan saling mengucapkan selamat di antara orang yang shalat.
Bersalaman  dan saling mengucapkan selamat akan membahagiakan jiwa yang merasa gembira pada hari Ied. Bisa pula sambil mengucapkan, ''Semoga allah menerima amal kami dan amal kalian.''

Ketigabelas
, bersilaturahim.
Menjalin silaturahim wajib pada setiap waktu. Namun, semakin dianjurkan pada saat hari raya Idul Fitri. Sehingga, semua anggota keluarga bisa senang dan bisa merasakan kebesaran hari raya itu.

Keempatbelas, saling bertikar hadiah dan makanan.
Sudah menjadi tradisi, pada hari raya setaip tetangga bertukar makanan dan hidangan. Bahkan, dianjurkan untuk memberikan hadiah bagi mereka yang tak mampu.

Akhirnya, selamat hari raya Idul Fitri , mohon maaf lahir dan batin.
Posted by MYTULISAN On 18.20 No comments READ FULL POST
“Disadari atau tidak, ternyata tidak sedikit orang yang hancur luluh keimanannya hanya karena ketidakmampuannya menghadapi musibah dalam hidup. Salah satu penyebabnya karena salah dalam memahami makna musibah dan salah pula dalam menyikapinya. Kesalahan seseorang dalam memaknai dan menyikapi musibah akibatnya bisa sangat fatal terhadap keimanannya.”

Bagi seorang mu’min tentu meyakini bahwa, segala sesuatu hanya akan terjadi di dunia ini karena, “Kun Fayakun” Allah, sehingga segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini terutama yang tidak kita inginkan harusnya menjadi bahan “muhasabah” (introspeksi) atau “tazkirah” (peringatan) apa yang sebenarnya sedang Allah rencanakan untuk kita.

Berbicara masalah musibah, sebenarnya musibah adalah sesuatu yang mutlak akan dialami oleh manusia dalam menjalani kehidupannya, baik seseorang itu yang kafir maupun mu'min. Jika musibah menimpa orang yang kafir, pasti itu adalah azab. Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia), sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. As Sajdah, 32 : 21).

Namun, jika menimpa orang yang mu'min, pasti itu adalah bentuk kasih-sayang Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw pernah menyatakan, "Jika Allah sudah mencintai suatu kaum maka Allah SWT akan memberikan bala, ujian atau cobaan". Ini semakin mempertegas kepada kita bahwa musibah bagi orang-orang yang mu'min itu sebagai bentuk kasih-sayang.

Paling tidak, ada "tiga" kemungkinan yang mendasari terjadinya musibah yang menurut Al Qur'an sebagai bentuk kasih-sayang Allah SWT kepada orang-orang mu'min. Pertama, sebagai ujian keimanan bagi orang mu'min. Kasih-sayang Allah kepada hamba-Nya yang mu'min di antaranya ditunjukkan-Nya dengan menurunkan musibah dengan memberikan peluang kepada hamba-hamba-Nya yang mu'min untuk mengikuti ujian dalam proses peningkatan keimanannya. Allah SWT berfirman: "Adakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja oleh Allah untuk menyatakan, "aamannaa" (kami telah beriman) padahal Kami belum lagi memberikan ujian kepada mereka. Sungguh telah Kami uji umat sebelum mereka, dengan ujian itu jelaslah oleh Kami siapa yang benar pengakuan keimanannya itu dan siapa pula yang dusta" (Al Ankabuut, 29 : 2-3).

Hakikatnya ujian itu sendiri sebenarnya adalah sesuatu hal yang sangat positif, yang tidak positif adalah jika seseorang yang telah diberi peluang untuk mengikuti ujian lalu ia tidak memanfaatkan peluang tersebut secara optimal sehingga tidak lulus. Betapa ruginya seseorang jika tidak diberi kesempatan untuk mengikuti ujian. Sebaliknya, alangkah beruntung dan bahagianya seseorang yang telah diberi peluang mengikuti ujian dan berhasil lulus dalam ujiannya.

Disadari atau tidak, selama ini kita mungkin telah banyak melakukan kekeliruan dalam memaknai dan menyikapi musibah yang terjadi. Kadang pandangan kita selama ini dalam memaknai dan menyikapi musibah terlalu cenderung pada nilai duniawi. Kemudian kita menganggap ujian itu sebagai bentuk musibah yang sebenarnya sesuatu yang tidak diharapkan. Sehingga ukuran keshalehan seseorang pun kadang dilihat dari kurangnya musibah dalam hidupnya. Ini pandangan yang keliru terhadap makna musibah yang sebenarnya.

Kedua, boleh jadi musibah sebagai bentuk kasih-sayang Allah SWT kepada orang-orang mu'min "bukan" sebagai ujian keimanan, tetapi justru karena Allah SWT sedang memilihkan hal yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya yang dicintai-Nya. Namun, karena ketidakmampuan untuk bisa memahami hikmah di balik dari suatu peristiwa, lantas kita akhirnya menganggap peristiwa yang terjadi itu sebagai musibah.

Karena ketidakmungkinan manusia “memastikan” apa yang akan terjadi (QS. Lukman : 34) maka acapkali kita tidak bisa memahami hikmah di balik peristiwa yang sedang terjadi. Terkadang kita baru bisa merasakan hikmahnya setelah sekian lama mengalaminya. Pada saat peristiwa boleh jadi kita menganggapnya sebagai musibah, tapi setelah berlalu beberapa waktu mungkin seminggu, sebulan bahkan mungkin setelah beberapa tahun, barulah kita menyatakan rasa syukur setelah menyadari hikmahnya.

Sebagai contoh, seseorang sudah berniat bahkan telah melakukan berbagai macam persiapan untuk menghadiri suatu acara penting yang tempatnya jauh dari domisilinya di antaranya dengan memesan tiket pesawat. Pada saat pemberangkatan, atas takdir-Nya ternyata ia terlambat hanya beberapa menit. Ungkapan perasaan yang muncul saat itu mungkin ungkapan dalam bentuk cacian, makian atau dan lain sebagainya. Setelah beberapa saat kemudian melalui berita yang bersangkutan  mendengar bahwa pesawat yang semula akan ditumpanginya jatuh. Barulah saat itu dia sadar dan bersyukur karena tertinggal pesawat.

Karena ketidakmampuan membaca hikmah dari suatu peristiwa, maka sering terjadi orang yang semestinya bersyukur malah mencaci-maki, yang semestinya tertawa malah menangis. Sebaliknya, dia tertawa pada saat seharusnya dia menangis. Semua ini terjadi oleh sebab ketidakmampuan manusia memastikan apa yang akan terjadi, Allah SWT berfirman: "Tidak ada satu jiwa pun yang bisa mengetahui apa yang akan terjadi besok"(Luqman, 31 : 34).

Di lain sisi Allah SWT juga mengingatkan, "Boleh jadi kamu sangat tidak menyukai peristiwa yang menimpa diri kamu, padahal itu sangat baik sekali bagimu. Boleh jadi sesuatu itu yang sangat kamu sukai, padahal sesuatu itu yang sangat tidak baik bagi kamu. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui, kalian tidak tahu apa-apa" (Al Baqarah, 2 : 216). Oleh karena ketidakmampuan kita dalam memahami hikmah dari satu peristiwa yang menimpa kehidupan kita, maka kita menganggap sesuatu itu tidak baik padahal ia sangat baik. Sebaliknya, kita menganggap sesuatu itu tidak baik, padahal ia sangat baik bagi kita. Jadi, sangat mungkin sekali bahwa musibah yang menimpa diri kita saat ini sebenarnya bentuk kasih-sayang-Nya, karena Allah sedang memilihkan sesuatu yang terbaik bagi kita dunia dan akhirat.

Ketiga, bisa juga musibah yang menimpa kehidupan seorang mu'min "bukan" sebagai ujian keimanan dan "bukan" pula pilihan Allah yang terbaik, tetapi semata-mata azab dari Allah SWT bagi seorang mu’min masih dalam konteks kasih-sayang-Nya. Karena menurut Allah SWT hamba-Nya yang mu'min itu sudah mulai jauh meninggalkan syari’at-Nya di mana yang bersangkutan baru akan sadar jika diturunkan azab sebagai peringatan kepadanya agar ia segera kembali hidup di jalan yang diridhai-Nya.

Kalau musibah itu merupakan ujian keimanan, maka kita harus bersyukur. Lebih bersyukur lagi kalau musibah itu adalah pilihan Allah yang terbaik, berarti Allah sedang sangat sayang kepada kita, sedang membimbing dan menunjukkan apa yang terbaik bagi kita. Bahkan, kalau pun musibah itu sebagai azab, tetap saja kita harus bersyukur kepada-Nya karena Allah masih mau mengingatkan agar segera bertaubat dan memperbaiki diri sebelum ajal menjemput kita.

Sebelum tulisan ini saya akhiri, saya mengajak sidang pembaca untuk merenung sejenak terhadap sebuah kisah yang layak kita jadikan "ibrah" (pelajaran) bagi kita, di mana betapa luar biasanya buah keimanan dapat mengecilkan arti musibah duniawi. Dikisahkan salah seorang tabi'in bernama Urwah bin Zabir, yang Allah takdirkan salah satu kakinya dari lutut ke bawah sakit hingga membusuk. Tak lama kemudian didatangkan 4 orang Tabib sebagai upaya penyembuhan. Ternyata hasil diagnosa 4 Tabib menyimpulkan bahwa tidak ada cara lain kecuali harus diamputasi kaki yang membusuk tersebut. Jika tidak, maka dikhawatirkan penyakitnya akan menjalar ke seluruh tubuh.

Ketika berita ini disampaikan kepada Urwah, dengan tenang dia mengatakan, kalau memang itu adalah keputusan para Tabib, kenapa tidak segera dilakukan ? Sebelum pelaksanaan operasi, disodorkanlah oleh Tabib minuman kepada Urwah sambil mengatakan, silakan anda minum terlebih dahulu. Ketika Urwah mau meminumnya terciumlah aroma lain, maka dia bertanya, minuman apa ini ? “Arak”, kata Tabib. Maksudnya apa, tanya Urwah. Jawab Tabib: “supaya anda mabuk agar mengurangi sedikit rasa sakit karena sebentar lagi kaki anda akan kami gergaji mulai dari kulit, daging hingga tulang. Dan, tentu saja akan terjadi pendarahan yang luar biasa. Supaya darah tidak terus mengalir, maka sudah kami siapkan "kuali" dengan minyak goreng yang sudah mendidih. Setelah kaki anda dipotong agar jangan terus mengeluarkan darah maka kaki anda itu akan kami masukkan ke dalam kuali agar cepat kering.

Jawab Urwah, “Sungguh sulit diterima akal sehat jika ada seorang mu'min yang beriman kepada Allah lantas dia meminum sesuatu untuk menghilangkan akalnya. Sehingga dia sudah tidak ingat lagi siapa Tuhannya? Betapa saya meragukan keimanan seseorang yang sampai mau meminum khamr sehingga dia tidak sadar bahwa Allah itu ada, bagaimana bisa diyakini keimanan seperti itu. Saya tidak ingin sedikit pun termasuk orang seperti itu, untuk itu buanglah jauh-jauh khamr dari depan mukaku”.

“Lantas apa yang mesti kami lakukan?”, kata Tabib. Urwah berkata: “setelah saya memberi isyarat dengan tangan saya, silakan laksanakan tugas kalian, gergaji kaki saya dan masukkan ke dalam kuali”. Lalu Urwah pun asyik  khusyu’ berzikir sampai kemudian dia angkat tangannya sambil terus berzikir memejamkan mata pertanda dia sudah siap untuk digergaji kakinya. Maka digergajilah kaki Urwah dan langsung dimasukkan dalam kuali. Konon, dia sempat pingsan. Setelah siuman, sambil tetap berbaring di tempat tidur, dia meminta kepada orang di sekelilingnya agar potongan kakinya tersebut setelah dimandikan dan dikafani dan sebelum dikuburkan dapat dihadirkan kepadanya.

Dibawakanlah potongan kakinya dan sambil berbaring dia angkat potongan kaki itu sambil mengatakan, Ya Allah, Alhamdulillah, selama ini Engkau telah karuniakan saya dua kaki, kelak kaki ini akan menjadi saksi di akhirat nanti. Ya Allah, Demi Allah, saya tidak pernah membawa dia melangkah ke jalan yang tidak Engkau ridhai. Kini, Engkau ambil yang hakikatnya adalah milik-Mu Ya Allah, innalillaahi wa inna ilaihi rajiuun, mudah-mudahan saya masih bisa memanfaatkan kaki yang tersisa ini. Lantas potongan kaki pun diberikan sambil ia meminta dikuburkan.

Nyaris tidak ada kesedihan, tapi tiba-tiba Urwah menangis. Orang yang menyaksikan sejak awal itu berkomentar: “kami semula begitu merasa bangga dengan ketegaran anda, lalu kenapa engkau kini menangis, wahai Urwah ?” Beliau menjawab: “Demi Allah, hanya Allah yang Mahatahu, saya bukan menangis karena hilangnya satu kaki saya, yang hakikatnya milik Allah, tapi yang membuat saya menangis hanyalah kekhawatiran, apakah dengan kaki yang hanya tinggal satu ini saya masih bisa beribadah dengan sempurna kepada Allah ?

Allahu Akbar! Luar biasa keimanan Urwah, dunia menjadi kecil di mata orang mukmin seperti Urwah ini. Siang hari dia menjalani operasi amputasi, malamnya salah satu dari tujuh orang anaknya meninggal dunia. Ketika berita duka ini disampaikan, beliau berkata, saya belum bisa bangkit dari tempat tidur ini, karenanya tolong urus jenazahnya, mandikan, kafani dan shalatkan. Sebelum dikuburkan ijinkan saya memegang sejenak jenazah anak saya. Ketika jenazah putranya disodorkan kepadanya, ia pun memegang jenazah anaknya sambil mengusap kepalanya dan bardoa, “Ya Allah, Alhamdulillah, Engkau telah karuniai saya tujuh anak. Mudah-mudahan sebagai ayah mereka sudah saya laksanakan kewajiban mendidik mereka di jalan yang Engkau ridhai. Ya Allah, sekarang Engkau ambil salah seorang di antara mereka, milik-Mu Ya Allah, bukan milikku. Innalillaahi wa inna ilaihi rajiuun, mudah-mudahan Engkau masih memberikan manfaat untuk 6 anak yang masih tersisa. Allahu Akbar, bagi orang mukmin hanya Allah yang “Akbar” dunia dan segala isinya “kecil” di mata seorang yang mencintai Allah di atas cinta kepada selain Allah SWT.

Wallahu a’lam bish-shawab
Red: K.H. Athian Ali M. Da’i, MA
Posted by MYTULISAN On 18.05 No comments READ FULL POST
Cinta kita kepada Allah SWT dan keyakinan bahwa kehidupan di dunia ini suatu saat akan berakhir dan di akhirat nanti masing-masing kita harus mempertanggungjawabkan setiap detik perjalanan hidup di dunia, memiliki andil yang sangat besar dalam mengendalikan kecenderungan hawa nafsu.

Suatu saat terjadi dialog antara Rasulullah SAW dengan Hudzaifah Ra. Rasulullah Saw bertanya kepada Hudzaifah. Ya Hudzaifah, bagaimana keadaanmu saat ini? Jawab Hudzaifah: “Saat ini saya sudah benar-benar beriman, ya Rasulullah”. Rasul kemudian mengatakan, “Setiap kebenaran itu ada hakikatnya, maka apa hakikat keimananmu, wahai Hudzaifah?” Jawab Hudzaifah: Ada "dua", ya Rasulullah. Pertama, saya sudah hilangkan unsur dunia dari kehidupan saya, sehingga bagi saya debu dan mas itu sama saja. Dalam pengertian, saya akan cari kenikmatan dunia, lantas andaikata saya dapatkan maka saya akan menikmatinya dan bersyukur kepada Allah SWT.  Tapi, kalau suatu saat kenikmatan dunia itu hilang dari tangan saya, maka saya tinggal bersabar sebab dunia bukanlah tujuan. Bila ia datang maka Alhamdulillah, dan bila ia pergi maka, Innalillaahi wa inna ilaihi raji'un. Yang kedua, Hudzaifah mengatakan, “setiap saya ingin melakukan sesuatu, saya bayangkan seakan-akan surga dan neraka itu ada di depan saya. Lantas saya bayangkan bagaimana ahli surga itu me-nikmati kenikmatan surga, dan sebaliknya bagaimana pula ahli neraka itu merasakan azab neraka jahanam. Sehingga terdoronglah saya untuk melakukan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang-Nya”.

Mendengar jawaban Hudzaifah ini, Rasul langsung saja memeluk Hudzaifah dan menepuk punggungnya sambil berkata,  "pegang erat-erat prinsip keimananmu itu, ya  Hudzaifah, kamu pasti akan selamat dunia akhirat". Bila kita cermati dialog tersebut, paling tidak, ada "dua" hikmah yang bisa kita petik. Pertama, iman kepada Allah, dengan mencintai Allah itu di atas cinta kepada selain Allah. Dan yang kedua, selalu membayangkan akibat dari setiap perbuatan yang dilakukan di dunia bagi kehidupan yang abadi di akhirat nanti.

Di dalam beberapa ayat, Allah SWT menjelaskan tentang sifat-sifat orang-orang yang muttaqin, mereka di antaranya adalah yang meyakini akan adanya kehidupan akhirat. Orang yang beriman akan adanya kehidupan akhirat, akan membuat dia mampu mengendalikan kecenderungan hawa nafsunya. Sebaliknya, orang-orang yang tidak meyakini akan adanya kehidupan akhirat, "Mereka tidak pernah takut dengan hisab Kami, dan mereka telah mendustai ayat-ayat Allah dengan dusta yang nyata." (An Naba', 78 : 27-28)

Di dalam Alquran, Allah SWT mengisahkan dialog sesama Muslim di akhirat yakni antara Muslim yang ahli surga dengan Muslim berdosa yang masuk dalam neraka jahanam. Muslim yang langsung masuk surga bertanya kepada Muslim berdosa yang masuk ke dalam neraka. “Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam neraka ? Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan hingga datang kepada kami kematian.” (Al Muddatstsir, 74 : 42-46)

Menurut Alquran, kebanyakan orang-orang yang kufur adalah mereka yang akhir hidupnya penuh dengan kemaksiatan. Ini terjadi karena mereka tidak mengimani bahwa kehidupan mereka akan berakhir di alam akhirat dan mereka harus mempertanggungjawabkan seluruh aspek kehidupan mereka selama di dunia. Demikian pula, Allah SWT mengisahkan kesombongan Fir'aun dan orang-orang yang menyembahnya, "Sombonglah Fir'aun itu dengan seluruh pengikutnya di muka bumi tentu dengan alasan yang tidak benar. Dan mereka mengira, bahwa mereka tidak akan pernah kembali kepada Kami." (Al Qashash, 28 : 39)

Kesombongan Fir'aun berakhir saat sakaratul maut. Saat dia menyadari bahwa dia harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Ketika rombongan malaikat yang bengis-bengis itu mendatanginya saat dia sedang berada di tengah laut, yang dikisahkan para malaikat itu langsung memukul wajah dan punggung mereka. Allah SWT berfirman: “..Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (Al An'aam, 6 : 93)     

Pada saat sakaratul maut itu, Fir'aun menyatakan: “Sekarang saya benar-benar beriman dengan Tuhannya Nabi Musa dan Harun”. Namun saat sakaratul maut pintu taubat sudah ditutup. Karena sudah tidak ada lagi ujian keimanan, sebab yang ghaib termasuk alam dan makhluk ghaib sudah terlihat nyata. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (Qaaf, 50 : 22)

Orang yang beriman kepada Allah dan beriman kepada hari pembalasan/akhirat, yang diharapkan dapat mengendalikan kecenderungan hawa nafsunya untuk hanya mencintai yang dicintai Allah dan membenci yang dibenci Allah, yang hanya mencintai sesuatu di dunia jika yang dicintainya itu dicintai Allah SWT.

Dalam sebuah hadis dikisahkan, suatu ketika pada siang hari, Sayidana Umar ra. berkunjung ke rumah Rasulullah SAW di mana saat itu Rasul sedang tidut beristirahat, dengan dada telanjang. Ketika beliau bangun tampaklah pada punggungnya garis-garis merah karena kasarnya alas tidur beliau yang dibuat dari pelepah kurma. Melihat pemandangan ini, Sayidina Umar menangis. Beliau yang terkenal keras saat itu luluh hatinya ketika melihat Rasulullah dalam kondisi seperti itu. Rasul bertanya: “Apa yang membuat kamu menangis wahai Sayidina Umar ? “Umar berkata:” saya malu ya Rasulullah, engkau adalah pemimpin kami, engkau adalah Rasul Allah, manusia pilihan, manusia yang dimuliakan-Nya. Engkau adalah pemimpin ummat, namun engkau tidur di atas alas yang kasar seperti ini, sementara kami yang engkau pimpin tidur di atas alas yang empuk. Saya malu ya Rasusulullah, selayaknya engkau mengambil alas tidur yang lebih dari ini”. Rasul menjawab: “Apa urusan saya dengan dunia ini? Tidak ada! Urusan diri saya dengan dunia ini kecuali seperti orang yang sedang mengembara dalam musim panas menempuh sebuah perjalanan yang cukup panjang, lalu sekejap mencoba bernaung di bawah sebuah pohon yang rindang untuk sekejap melepas lelah. Setelah itu dia pun kemudian pergi meninggalkan tempat peristirahatannya”. Kata Rasul: haruskah saya korbankan kehidupan yang abadi hanya untuk bernaung sejenak menikmati itu? (HR. Ahmad, Ibnu Habban, Baihaqi)

Selain kisah di atas, ada kisah lain yang layak kita renungkan di mana suatu ketika Khalifah Umar kedatangan putranya, Abdullah, yang meminta dibelikan baju baru. Secara spontan saja Sayidina Umar langsung marah sambil mengatakan: “Apakah karena kamu seorang anak Amirul Mu’minin lantas kamu ingin bajumu selalu lebih baik dari anak-anak yang lain ? Jawab Abdullah: Tidak! Saya khawatir malah kondisi saya ini akan menjadi fitnah, menjadi bahan cemoohan orang lain di mana anak Amirul mu’minin pakaiannya tidak pernah ganti-ganti, sebab dia hanya memiliki dua baju, di mana bila yang satu dipakai maka yang satu dicuci dan seterusnya. Sayidina Umar berkata: “Baiklah Nak, saya ingin belikan kamu baju baru hanya saja ayah saat ini tidak punya uang. Untuk itu kamu saya utus menemui “Khoolin Baitul Maal’ (bendahara negara), sampaikan kepada beliau salam dari ayah dan katakan pula bahwa ayah bermaksud mengambil gajinya bulan depan untuk membelikan kamu baju baru. Abdullah langsung menemui bendaharawan negara dengan mengatakan: “Ada salam dari ayah. Dan, ayah minta supaya gaji bulan depan bisa diserahkan saat ini untuk membelikan saya baju baru”. Bendaharawan tersebut mengatakan: “Nak, sampaikan kembali salamku kepada ayahmu, dan katakan bahwa aku tidak bersedia mengeluarkan uang itu”. Tanyakan kepada ayahmu, apakah ayahmu yakin sampai bulan depan beliau masih menjabat Amirul Mu’minin, sehingga berani mengambil uang gajinya bulan depan sekarang ? Andaikata dia yakin sampai bulan depan dia masih Amirul Mu’inin, yakinkah sampai besok dia masih hidup, bagaimana kalau besok ia meninggal dunia padahal gajinya bulan depan sudah dikeluarkan. Mendengar jawaban bendahara negara yang demikian itu, pulanglah Abudullah segera menemui ayahnya sambil menyampaikan pesan dari bendaharawan tersebut.

Mendengar penuturan anaknya, Umar langsung menggandeng tangan anaknya sambil mengatakan, antarkan saya menemui bendaharawan tadi. Begitu sampai di hadapan bendaharawan tersebut, Sayidina Umar langsung memeluknya, sambil mengatakan, terima kasih, saudara telah mengingatkan saya terhadap satu keputusan yang nyaris saja salah. Demikianlah kisah Sayidina Umar dan masih banyak lagi kisah lain dari perjalanan hidup para sahabat yang patut kita teladani untuk menghadapi dinamika kehidupan yang terus berkembang mengikuti perputaran zaman.

Allah SWT telah mengingatkan tentang bahayanya manusia-manusia yang menjadikan dunia ini sebagai tujuan hidupnya, “Maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya.” (An Naazi’aat, 79 : 39) “Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nyadan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (An Najm, 53 : 29-30)

Akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat yang sedemikian mulianya bisa terwujud tiada lain karena adanya benteng keimanan yang sangat kuat dan kokoh. Semoga kita bisa meneladani apa yang menjadi perilaku Rasul dan para sahabatnya. Amin!

Wallahu a’lam bish-shawab
Posted by MYTULISAN On 18.02 No comments READ FULL POST
Disadari atau tidak, bahwa egoisme manusia sangatlah terkait dengan keimanannya. Egoisme atau kecintaan manusia terhadap dirinya, tidak jarang dapat menguasai kepribadian seseorang. Bahkan mungkin sering kita lihat dalam kehidupan, betapa manusia asyik berjuang memenangkan ego masing-masing. 

Egoisme dipastikan akan memunculkan persaingan yang pada gilirannya akan memunculkan saling berselisih antara satu dengan lainnya di dalam memenuhi kepentingan yang menjadi ego masing-masing. Bahkan tidak jarang, dalam upaya persaingan dalam memenuhi ego memanfaatkan sebagian orang dengan menghalalkan segala macam cara, baik dalam bentuk kolusi, korupsi, nepotisme, pencurian, perampokan, dan lain sebagainya.

Sudah sejak awal Allah SWT memperingatkan kepada kita apa yang telah terjadi pada manusia pertama, Adam. Kisah Adam dan Hawa, mengantarkan kita ke dalam keyakinan bahwa tidak mungkin kita meragukan keimanan Adam dan Hawa. Bagaimana mungkin kita bisa meragukan keimanan keduanya, karena mereka berdua langsung berjumpa dan berdialog dengan Allah.

Pertanyaan yang muncul kemudian, kenapa keimanan Adam dan Hawa harus gugur dengan mengikuti godaan Iblis untuk melanggar satu aturan Allah, yaitu memakan buah Khuldi. Bila saja kita simak secara seksama, ternyata kalahnya keimanan Adam dan Hawa ini setelah Iblis berhasil mengetahui titik lemah manusia yang lalu Iblis bisikkan pikiran jahatnya dengan menyatakan, "Hai Adam, maukah kamu saya tunjukkan sebuah pohon Khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa" (Thaahaa, 20 : 120).
Pada satu sisi Allah mengingatkan kepada Adam dan Hawa, sekaligus menekankan bahwa keduanya dilarang memakan buah tersebut, bahkan jangankan untuk memakannya, mendekatinya pun dilarang. Allah SWT berfirman: “Janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim’ (Al Baqarah, 2:35).
Sementara Iblis menyatakan, maukah kamu aku “tunjukkan” sebuah pohon. Pohon yang hakikatnya Allah SWT nyatakan kepada Adam dan Hawa agar mereka berdua tidak mendekatinya, apalagi memakan buahnya.

Ini yang sebenarnya harus menjadi “Tazkirah” (peringatan), di satu sisi Allah melarang, tapi di sisi yang lain Iblis malah berusaha “menunjukkan” pohon itu. Masalahnya kemudian mengapa keimanan Adam dan Hawa tiba-tiba menjadi lemah untuk kemudian keduanya melanggar aturan Allah dengan memakan buah terlarang tersebut?
Di sinilah titik lemah manusia yang kemudian diketahui Iblis, di mana Iblis menyatakan, maukah saya tunjukkan kamu sebuah pohon yang kalau kamu makan buahnya maka kamu akan mendapatkan "dua" perkara. Yang pertama, “Khuld”(kekal). Yang kedua, mendapatkan kerajaan atau kekayaan yang berlimpah ruah.
Dengan kata lain Iblis berusaha memperdaya Adam dan Hawa dengan meyakinkan mereka berdua, bahwasanya Allah melarang memakan buah itu tidak lain karena Allah takut tersaingi, jika karena kalian  memakan buah tersebut maka kalian akan sama-sama kekal dan sama akan punya kekuasaan. Dua hal inilah, yakni mengharapkan “Kekekalan” kekuasaan dan harta yang berlimpah ruah yang telah mengantarkan runtuhnya keimanan Adam dan Hawa, keimanan dua insan yang langsung berjumpa dan berdialog dengan Allah SWT.

Satu pelajaran yang luar biasa sangat berharga bagi kita anak cucu Adam, bahwa kalau kita lihat keberhasilan Iblis menyesatkan manusia terbanyak dari dua sisi ini. Yakni dari sisi kekuasaan dan ingin hidup kekal lalu berusaha untuk bisa melanggengkan kekuasaan dan lain sebagainya. Kekal tidak hanya dari segi umur, tetapi dari sisi jabatan, kedudukan, dan lain sebagainya. Dari sisi inilah peluang Iblis untuk menggoda dan menyesatkan manusia.

Allah SWT mengingatkan, hanya keimananlah sebenarnya yang bisa mengendalikan kecenderungan tersebut. Dalam Islam seseorang tidak diperintahkan untuk mematikan kecenderungan hawa nafsunya sepanjang dalam memenuhinya masih dalam aturan yang benar menurut Allah SWT.
Tidak salah kalau seseorang ingin kaya, punya ambisi kedudukan, jabatan dan lain-lain sepanjang bisa ditempuh dengan jalan yang diridhai-Nya. Yang tidak dimungkinkan dalam Islam adalah, bila dalam memenuhi keinginannya ia tempuh dengan menghalalkan segala macam cara dengan melanggar aturan dan hukum-Nya.  

Ada sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ummu Salmah, istri Rasulullah SAW, tentang bagaimana keimanan itu bisa mengendalikan ego seseorang. Dikisahkan ada dua orang laki-laki, mereka bertengkar memperebutkan harta waris, masing-masing tidak memiliki bukti kepemilikan harta yang diperebutkan itu. Lantas keduanya menghadap Rasulullah SAW untuk meminta keputusan Beliau.
Rasulullah SAW kepada mereka berdua menyatakan: Saya ini hanyalah seorang manusia, sementara kalian mencoba meminta penyelesaian proses hukum ini kepada saya, padahal boleh jadi seseorang di antara kalian akan mampu dengan dalil-dalil dan pendekatannya meyakinkan kepada saya bahwa dialah yang paling benar, sehingga saya bisa memutuskan bahwa itu milik dia, padahal itu belum tentu benar. Kalau itu yang terjadi maka berarti saya telah memberikan kepada dia peluang untuk menyiapkan bara api neraka jahnnam sepenuh perut dia. "Mereka yang memakan harta anak yatim dengan cara yang zalim maka sama dengan dia telah menyiapkan bara api sepenuh perutnya" (An Nissa', 4 : 10).
Mendengar pernyataan Rasulullah SAW ini, maka kedua laki-laki tadi kemudian masing-masing mengatakan kepada yang lain, kalau memang itu adalah hak saya, maka saya ikhlas untukmu, silakan ambil. Yang satu seperti itu yang lain pun demikian. Akhirnya mereka sama-sama tidak mau mengambil haknya. (HR. Sunan Abu Daud).

Seperti inilah jika keimanan yang menjadi pijakan hidup seseorang. Ada kisah lain yang serupa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi SAW pernah mengisahkan kepada para sahabat tentang dua orang mu'min yang satu menjual tanah kepada yang lain. Usai proses pembelian, si pembeli kembali lagi dengan membawa satu kotak peti berisi emas dengan mengatakan;  Setelah saya membeli tanah kebetulan saya menggali tanah itu kutemukan satu kotak peti berisi Emas. Karena saya hanya membeli dan membayar harga tanah, berarti tidak termasuk emas yang ada di dalam peti ini. Maka dari itu saya kembalikan kotak peti berisi emas ini.

Si penjual tanah tidak mau menerima dengan mengatakan, saya sudah menjual tanah dengan segala yang ada di dalamnya. Akhirnya, keduanya sepakat untuk menemui seseorang untuk meminta keputusan. Maka berkatalah orang yang dipercayakan oleh kedua orang itu, adakah kalian berdua punya anak ? Yang satu menyatakan, saya punya anak laki-laki. Yang satunya lagi, saya punya anak perem-puan. Lebih lanjut, seseorang yang dipercaya itu mengatakan, kalau begitu nikahkan saja anak kalian berdua dan emas itu untuk modal anak kalian berdua. Maka barulah keduanya sepakat.
Alangkah luar biasa dampak keimanan dalam  mengendalikan egoisme manusia. Dan alangkah indahnya hidup dan kehidupan ini jika masing-masing manusia memiliki keimanan yang kuat sehingga dia mampu mengendalikan kecenderungan “ego” yang ada dalam dirinya sekaligus mementahkan bisikan Iblis yang menyesatkan.

Wallahu a’lam bish-shawab
Posted by MYTULISAN On 17.59 No comments READ FULL POST
Wudhu adalah salah satu syariat Islam. Allah SWT memerin tahkan umat Islam untuk membersihkan diri atau berwudhu, sebelum mendirikan shalat lima waktu. (QS Al-Ma'idah [5]: 6).
Sebab, wudhu merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah shalat oleh Allah. "Allah tidak akan menerima shalat seseorang di antara kamu, hingga dia berwudhu ." (HR Bukhari No 135, dan Muslim No 224-225).

Secara umum, tujuan berwudhu adalah untuk membersihkan diri dari hadats dan najis yang menempel di badan. Seperti kencing, kotoran manusia, air liur anjing, babi, wadzi, madzi, dan lainnya. Di balik tujuan tersebut, terkandung makna yang sangat dalam. Wudhu bukan hanya sekadar untuk kebersihan, tapi juga menyehatkan, baik fisik maupun psikis (kejiwaan), baik kesehatan jasmani maupun rohani.

Dunia ilmu kedokteran telah membuktikan khasiat wudhu. Di balik ibadah yang sederhana, murah, dan mudah, bahkan terkadang dianggap sepele, ternyata terkandung hikmah yang sangat luar biasa. Wudhu menyimpan berbagai kemukjizatan yang mengagumkan. Bahkan, berapa banyak orang yang masuk Islam, karena Islam mengajarkan kebersihan dari ibadah yang bernama wudhu.

Tak salah bila Allah mewajibkan syariat wudhu ini sejak 14 abad silam kepada umat Islam. Di dalamnya terkandung hikmah dan manfaat yang sangat besar. Bahkan, bila seseorang melaksanakan dan mengerjakan wudhu dengan baik dan benar, niscaya tubuhnya akan senantiasa sehat dan terhindar dari berbagai serangan penyakit. Baik penyakit kulit, asma, kanker, pilek, sinusitis, migren, kudis, kurap, dan lain sebagainya.

Dunia ilmu kesehatan mengenal berbagai macam metode dan pencegahan penyakit. Bahkan, ribuan tahun silam, ilmu kesehatan Tiongkok mengenal istilah akupunktur, yaitu suatu metode kesehatan dengan cara tusuk jarum. Ada ribuan titik yang harus ditusuk dengan jari, jika ingin mendapatkan kesehatan yang prima. Dan tidak mudah mempelajari titik-titik itu, karena jumlahnya mencapai 4.000-5.000 titik.

Setelah akupunktur, muncul kemudian pengobatan refleksiologi, yaitu menekan titiktitik syaraf tubuh yang terletak pada kaki dan tangan. Jumlah titik refleksi di kaki dan tangan ini mencapai ratusan lebih.

Pada 1997, metode refleksi dan akunpunktur dianggap sebuah metode yang sangat rumit, karena banyaknya titik yang harus dipahami dan dihapalkan. Maka, seorang dokter yang bernama Gary Craig, asal Inggris, melakukan modifikasi teknik akupunktur yang jumlahnya mencapai ribuan itu menjadi 18 titik. Ia menyebut teori modifikasi akupunktur ala Gary Craig ini dengan nama Emotional Freedom Technique (EFT). Teknik yang digunakan untuk pengobatan adalah dengan cara mengetok (tapping).

Kemudian pada tahun 2000-an, EFT ini dikembangkan lagi oleh Ahmad Faiz Zainuddin, alumnus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dengan nama Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Teknik yang digunakan juga dengan cara mengetok (tapping). Dan jumlah titik yang diketok itu hanya ada 14. Dinamakan SEFT karena ia menggabungkan unsur doa dan kalimat thayyibah dalam tekniknya ini.

Perintah membersihkan diri atau berwudhu, sebenarnya juga diajarkan dalam agama lainnya. Kaum Yahudi juga melaksanakan wudhu (atau yang serupa dengan wudhu) dan membersihkan diri sebelum beribadah kepada Allah. Demikian pula dalam ajaran Kristen dan Katolik. Hal ini tertulis dengan jelas dalam kitab Keluaran, Kejadian, Ulangan, dan lainnya. Bahkan, dalam ajaran kaum Sabian (Shabiin), yaitu pengikut Nabi Yahya AS, mereka juga melaksanakan wudhu sebelum shalat. Shalat kaum Sabian ini adalah menghadap ke kutub utara.

Karena itu, wudhu yang seringkali dianggap sepele, sebenarnya merupakan syariat yang harus dan wajib dikerjakan. Sayangnya, banyak orang yang tidak mengerjakannya secara baik dan benar. Padahal, dalam sejumlah hadis, Rasul SAW memerintahkan umat Islam agar menyempurnakan wudhunya. "Sempurnakanlah wudhumu, karena sesungguhnya Aku (Rasul--Red) akan mengenali kalian di hari kiamat nanti dari bekas wudhunya."
@syahrudin el fikri
Posted by MYTULISAN On 17.46 No comments READ FULL POST
Dari wilayah Marv, Khurasan, Iran, lahir seorang ahli matematika terkemuka di dunia Islam. Dia bernama Abu Ja'far Muhammad bin Muhammad Al-Husayn Al-Khurasani Al Khazin. Keahliannya dalam menyajikan rumus dan metode perhitungan untuk menguraikan soal-soal rumit begitu dikagumi dan dijadikan rujukan hingga berabad-abad kemudian.

Tidak diketahui secara pasti tahun kelahiran tokoh ini. Akan tetapi, para sejarawan memperkirakan Al-Khazin meninggal dunia antara 961 dan 971 Masehi. Selain dikenal sebagai ahli matematika, semasa hidup ia juga seorang fisikawan dan astronom yang disegani.

Merujuk pada sejumlah catatan sejarah, Al-Khazin merupakan satu dari sekian banyak ilmuwan yang telah lama dilupakan. Namanya baru mencuat kembali pada masa-masa belakangan ini. Di dunia Barat, Al-Khazin dikenal sebagai Alkhazen. Ejaan dalam bahasa Eropa menyebabkan ketidakjelasan identitas antara dia dan Hasan bin Ibnu Haitsam.

Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab nama Al-Khazin sedikit tenggelam. Al-Khazin merupakan ilmuwan zuhud. Dia menjalani hidup sederhana dalam hal makanan, pakaian, dan sebagainya. Ia sering menolak hadiah para penguasa dan pegawai kerajaan agar tidak terlena oleh kesenangan materi.

Beberapa guru tenar menghiasi rekam jejak Al-Khazin saat masih menimba ilmu. Salah satu gurunya bernama Abu Al-Fadh bin Al-Amid, seorang menteri pada masa Buwayhi di Rayy. Al-Khazin menuangkan pemikirannya dalam sejumlah risalah bidang matematika dan telah memperkaya khazanah keilmuan di dunia Islam.

Sebut saja, misalnya Kitab al-Masail al-Adadiyya yang di dalamnya tercantum karya Ibnu Majah, yaitu al-Fihrist edisi Kairo, Mesir. Karyanya yang paling terkenal adalah Matalib Juziyya mayl alMuyul al-Juziyya wa al-Matali fi al-Kuraal Mustakima. Seluruh kemampuan intelektualnya dia curahkan pada karya ini.

Termasuk perhitungan rumus teorema sinus untuk segitiga. Seperti tercantum dalam buku al-Fihrist edisi Kairo, AlKhazin pernah memberikan komentar ilmiah terhadap buku Element yang ditulis ilmuwan Yunani, Euclides, termasuk bukti-bukti yang diuraikannya menyangkut kekurangan serta kelemahan pemikiran Euclides.

Kontribusi luar biasa Al-Khazin mencakup peragaan rumus untuk mengetahui permukaan segitiga sebagai fungsi sisisisinya. Ia mengambil metode penghitungan setiap sisi kerucut. Dengan itu, dirinya berhasil memecahkan bentuk persamaan x3 + a2b = cx2. Di ranah matematika, persamaan itu sangat terkenal.

Ini merupakan sebuah soal matematika rumit yang diajukan oleh Archimedes dalam bukunya The Sphere and the Cylinder. Sayangnya, seperti disebutkan pada buku Seri Ilmuwan Muslim Pengukir Sejarah, sekian banyak teks dan risalah ilmiah Al-Khazin tak banyak tersisa pada masa kini.

Hanya beberapa saja yang masih tersimpan, di antaranya komentarnya terhadap buku ke10 dari Nasr Mansur dalam Rasail Abi Nasr ila al-Biruni. Jejak keilmuan Al-Khazin juga dapat ditelusuri dalam lingkup astronomi. Dia mengukir prestasi gemilang melalui karyakaryanya. Salah satu yang berpengaruh adalah buku berjudul Zij as Safa'ih.

Al-Khazin mempersembahkan karya itu untuk salah satu gurunya, Ibnu Al Amid. Ia juga membahas tentang peralatan astronomi untuk mengukur ketebalan udara dan gas (sejenis aerometer). Saat nilai ketebalan bergantung pada suhu udara, alat ini merupakan langkah penting dalam mengukur suhu udara dan membuka jalan terciptanya termometer.

Manuskrip karya Al-Khazin tersebut tersimpan di Berlin, Jerman, namun hilang ketika berkecamuk Perang Dunia II. Oleh astronom terkemuka, Al-Qifti, karya itu dianggap sebagai subyek terbaik dan sangat menarik untuk dipelajari. Buku Zij as Safa'ih menuai banyak pujian dari para ilmuwan.

Menurut Al-Biruni, beragam mekanisme teknis instrumen astronomi berhasil diurai dan dijelaskan dengan baik oleh Al-Khazin. Tokoh ternama ini pun kagum atas sikap kritis Al-Khazin saat mengomentari pemikiran Abu Ma'syar dalam hal yang sama. Tokoh lain yang menyampaikan komentarnya adalah Abu Al-Jud Muhammad Al-Layth.

Ia menyatakan, pendapat Al-Khazin mengenai cara menghitung rumus chord dari sudut satu derajat. Dalam Zij disebutkan, soal itu bisa dihitung apabila chord dibagi menjadi tiga sudut. Sementara itu, Abu Nash Mansur memberikan koreksi atas sejumlah kekurangan yang terdapat pada karya Al-Khazin itu.

Penetapan inklanasi ekliptika tak luput dari perhatian Al-Khazin. Persoalan astronomi ini sudah mengemuka sejak zaman Archimedes. Para ilmuwan Muslim seperti Al-Mahani, meninggal pada 884 Masehi, yang pertama mengangkat kembali tema ini. Oleh AlKhazin, hal itu kembali dipelajari dan dia berhasil menjabarkannya dengan baik.

Menurut Al-Khazin, pembagian bola dengan sebuah bidang datar dalam satu rasio ditentukan dengan menyelesaikan persamaan pangkat tiga. Demikian ilmuwan ini menyelesaikan soal astronomi tadi yang segera mendapatkan pujian dari astronom-astronom lainnya.

Terdapat beberapa aspek penting yang dikupas oleh Al-Khazin dalam buku astronomi yang ia tulis. Dalam Zij, ia menunjukkan penetapan titik derajat tengah atau cakrawala yang kemiringannya tidak diketahui sebelumnya. Ia juga mampu menghitung sudut matahari melalui penentuan garis bujur.

Sumbangsih lain adalah menyangkut penentuan azimut atau ukuran sudut arah kiblat dengan memakai peralatan tertentu. Al-Khazin berhasil mengenalkan metode hitung segitiga sferis. Komentar-komentarnya cukup mendalam terhadap karya astronomi lain, misalnya, ia pernah menulis sebuah komentar atas Almagest karya Ptolemeus.

Subjek yang ia bahas adalah tentang sudut kemiringan ekliptik. Sebelumnya, rumus itu dikenalkan Banu Musa pada 868 Masehu di Baghdad, Irak. Ia juga mencermati hasil pengamatan AlMawarudzi, Ali bin Isa Al-Harrani, dan Sanad bin Ali. Hal ini terkait dengan penentuan musim semi dan musim panas. Sementara itu, melalui tulisannya yang berjudul Sirr al-Alamin, Al-Khazin mengembangkan lebih jauh gagasan-gagasan dari Ptolemeus yang terdapat pada buku Planetary.
@yusuf assidiq
Posted by MYTULISAN On 17.43 No comments READ FULL POST
Oleh: Muhammad Kosim MA

Setiap Muslim pasti menginginkan menjadi hamba yang saleh. Bahkan, sesudah kita berwudlu untuk menghadap dan berdialog dengan Allah (shalat), kita disunahkan berdoa kepada-Nya. Salah satu doa tersebut adalah 'dan jadikanlah aku termasuk kelompok hamba-Mu yang saleh". Jangankan sebagai manusia biasa, Nabi Ibrahim AS pun berdoa: "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh." (QS Asy-Syu'ara [26]: 83).

Untuk menjadi hamba yang saleh, perlu diketahui kriteria hamba-hamba yang saleh tersebut. Dengan memahami kriteria tersebut, diharapkan kita berupaya untuk melakukannya sehingga di hadapan Allah kita termasuk dalam golongan hamba-hamba yang saleh.

Adapun kriteria hamba yang saleh, disebutkan oleh Allah dalam Alquran surah Ali Imran [3] ayat 113-114. Dalam ayat ini, disebutkan tujuh kriteria hamba yang saleh. Pertama, orang yang berlaku lurus (memiliki karakter istikamah). Yakni, teguh pendirian, konsisten, dan komitmen dalam meyakini dan melakukan kebenaran.

Kedua, senantiasa membaca ayat-ayat Allah, baik yang qauliyah (naqliyah), maupun ayat-ayat kauniyah (aqliyah). Ketiga, mereka yang senantiasa sujud di tengah keheningan malam, dengan melaksanakan shalat malam.

Keempat, beriman kepada Allah. Setiap perbuatan dan tingkah lakunya dilandasi dengan zikir (ingat) Allah.  Dengan demikian, zikir itu akan menjadi alat kontrol dan stabilitator baginya dari berbagai kemaksiatan dan dosa.

Kelima, beriman kepada hari akhir. Kehidupannya senantiasa beroritenasi akhirat dan jangka panjang. Ia mengisi waktunya dengan kegiatan positif yang bernilai ibadah.

Keenam, mengajak orang lain untuk berbuat baik dan menghindari kejahatan atau kemaksiatan. Ia harus menjadi teladan, sehingga orang lain bisa mengikutinya. Ketujuh, bersegera melakuan kegiatan positif. Hamba yang saleh tersebut senantiasa berlomba-lomba melakukan kebaikan yang dilandasi dengan keikhlasan karena untuk Allah SWT.

Tujuh karakter di atas merupakan karakter hamba yang saleh. Dari ayat ini pula dapat disimpulkan bahwa kesalehan tersebut mencakup dua hal, yaitu kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Wallahu alam.
Posted by MYTULISAN On 17.38 No comments READ FULL POST
oleh : Mukhyar Imran Lc
''Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'.'' (QS Ibrahim [14]: 7).

Sudah seharusnya kita sebagai hamba bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Mulai dalam kandungan ibu sampai menjadi manusia yang bisa berpikir hingga kembali pada-Nya adalah nikmat Allah yang tidak terhingga. Mulai dari kesenangan hidup, rezeki, dan kasih sayangnya yang tak pernah putus.

Akankah kita mengingkari, menentang, melanggar, dan tidak mau mengabdikan diri kepada-Nya? Dari ayat di atas, kita dapat menarik hikmah bahwa bersyukur adalah sebuah jalan untuk mencari keridhaan-Nya. Sebaliknya, bila manusia mengingkari nikmat-Nya, bersiaplah menerima azab yang sangat pedih.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan anugerah yang diberikan Allah. Kita mesti bersyukur saat memperoleh kesenangan dan bersabar saat tertimpa musibah.

Rasulullah SAW bersabda, ''Perkara orang Mukmin itu mengagumkan. Sesungguhnya, semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang Mukmin. Bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya. Bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya.'' (HR Muslim No 5318).

Sesungguhnya, nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita sangat banyak jumlahnya dan tak terhingga. Semua yang diberikan itu, sekiranya  suatu saat Allah menagihnya, kita tidak akan sanggup untuk membayarnya. Sebab, nikmat itu diberikannya setiap saat dan tak pernah berhenti, mulai dari bangun tidur hingga kita tertidur lagi. Alangkah pengasih dan penyayangnya Allah kepada kita, umat manusia.

Allah SWT berfirman, ''Dan, Dia telah memberikanmu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan, jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).'' (QS Ibrahim [14]: 34).

Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk bersyukur kepada manusia. Karena, syukur kepada manusia merupakan salah satu bentuk tanda syukur kepada Allah SWT. ''Siapa yang tidak pandai bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, berarti ia belum bersyukur kepada Allah.'' Abu Isa berkata, ''Ini adalah hadis hasan sahih.'' (HR Tirmidzi No 1877).

Dengan memperbanyak syukur, manusia akan menyadari segala kelemahan dan kekurangannya di hadapan Allah. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur.
Posted by MYTULISAN On 17.35 No comments READ FULL POST

Selasa, 07 September 2010



BAB        1
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Modernisasi yang berkembang pesat dengan teknologi informasi dan komunikasi, kemudian diiringi dengan globalisasi telah membuat manusia keluar dari sekat-sekat konvensional.
Seiring dengan itu, mereka atau manusia mulai tercabut dari akar budaya yang selama ini telah membungkusnya menjadi ciri khas atau karakter sebagai manusia suatu bangsa Atau sering disebut jati diri.
Lihatlah berbagai kasus dan peristiwa yang terjadi dan muncul dan berkembang setiap hari melalui berbagai media informasi baik lewat berita tertulis, surat kabar maupun berita dari visualisasi seperti televisi dan internet yang memberitakan kejadian anarkis, pornografi, hedonisme, perkelahian dan lainnya.
Kondisi bangsa kita sekarang ini sangat memprihatinkan sekali, hampir disegala aspek kehidupan mengalami yang namanya krisis moral dan spritual di dalam dirinya. Keadaan tersebut terjadi diawali sejak tahun 1997 / 1998 dimana terjadinya krisis multidemensi yang dampaknya sedang kita alami hingga saat ini dan tak kunjung selesai. Dimulai dari adanya krisis moneter, ekonomi, politik, hukum, kepercayaan, kepemimpinan, dan yang sangat fatal adalah adanya krisis akhlak dan moral yang mempunyai dampak berkelanjutan sampai hari ini. Krisis yang semula merupakan krisis identitas ini menjadi lebih parah dan dalam karena menyangkut masalah hati nurani yang mencerminkan adanya krisis karakter, terlebih lagi adanya krisis yang berkaitan dengan jati diri.
Kita sebenarnya sudah tahu dan sadar serta  maklum bahwa perubahan atau pergeseran nilai-nilai yang dialami oleh bangsa kita ini tidak lepas dari kehidupan modernisasi dan globalisasi yang tiap hari terus menyerang dan menjejali segi-segi kehidupan bangsa Indonesia  dari segala arah.
Berlanjutnya kepurukan bangsa Indonesia menunjukkan bahwa betapa seriusnya masalah yang kita hadapi saat ini. Untuk itu harus dicari akar permasalahannya. Akar permasalahan dari krisis multidemensi memang berawal dari munculnya faktor eksternal, tetapi justru yang lebih menentukan keadaan bangsa berawal dari faktor internal, dimana sumber utama atau akar permasalahannya justru ada pada faktor manusia itu sendiri, manusia Indonesia..
Sebenarnya, manusia Indonesia tidak kalah cerdas dengan bangsa-bangsa lain. Bangsa Indonesia tidak bermasalah dengan IQ atau otak kita, yang menjadi masalah justru adalah yang berkaitan dengan hati nurani yang mencerminkan karakter dan jati dirinya. Cuma yang ditampilkan baik di surat kabar maupun televisi lebih banyak menampilkan manusia Indonesia atau sosok yang tidak tulus ikhlas, tidak bersungguh-sunggu, senang yang semu, senang berbasa-basi, membudayakan ABS (asal bapak senang). Kesemuanya ini sangat merusak karakter individu dan mempunyai implikasi pada rusaknya karakter bangsa. Penampilan semacam ini dalam satu kata disebut penampilan memakai kedok atau topeng. Dapat kita bayangkan bagaimana kinerja dan aktivitas yang akan ditampilkan oleh manusia seperti tersebut, maka akan tercipta sikap-sikap seperti : kata-katanya tidak bisa dipercaya, ingkar janji, tidak bertanggung-jawab, saling menghujat. Dengan kata lain tidak ada satunya antara kata dengan perbuatan.
Penampilan atau gambaran kinerja semacam ini jelas sekali menunjukkan bahwa manusia Indonesia “kehilangan” jati dirinya yang memberi implikasi pada rusaknya karakter bangsa. Karakter bangsa Indonesia yang selama ini dikenal ramah tamah, gotong royong, sopan santun, sekarang berubah dengan penampilan yang nyaris disamakan dengan penampilan yang arogan, cenderung menampilkan kekerasan yang berujung anarkis. (Sutikno,2010:6)
Apakah pantas kita masih berkata dengan lantang bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa berbudaya tinggi yang penuh kekeluargaan, gotong royong, keramhtamahan serta menjunjung tinggi etika dan moralitas?
Oleh karena itu cara yang terbaik dalam memecahkan permasalahan di atas adalah melalui penyadaran diri tentang segala hal yang terkait dengan tatanan sosial melalui internalisasi nilai-nilai agama, moral, sosial, dan budaya ke dalam diri tiap anak bangsa, agar mereka kelak menjadi manusia yang unggul. Yaitu manusia yang mampu berpikir global tetapi tetap bertindak dan berprilaku sesuai dengan nilai dan norma dimanapun mereka berada.
Membentuk karakter tidak semudah kita mengucapkannya, karena mengubah dan membina karakter tidak cukup hanya dengan omongan, ceramah, omelan, sindiran, kritikan atau cara-cara lain yang serba verbalisme.Membentuk karakter menuntut adanya keteladan dari mereka yang tentunya bersinggungan baik secara langsung maupun tidak dengan anak-anak bangsa.
Sekarang ini bangsa kita Indonesia sangat membutuhkan sekali manusia-manusia yang hanya pandai berbicara dan banyak omong, tetapi manusia yang sanggup berbuat dan bertindak sesuai dengan apa yang diucapkan.
Ketika kehidupan sudah berubah sedemikian rupa, dimana keluarga terkadang tidak mampu lagi membina anak-anaknya secara intensif karena terlalu disibukkan oleh pekerjaan yang menyita waktu (dalam istilah banjar turun bank naik bank)  yang seolah-olah kekurangan waktu, akibatnya anak hidup tanpa pengawasan dan kontrol yang jelas serta bebas sekehendaknya.Disisi lain masyarakat pun cenderung menjadi individualis yang kurang peduli dengan kehidupan lingkungan sekitarnya, baik itu dengan sanak keluarga maupun tetangga dekat. Mereka lebih asyik dengan kehidupannya sendri yang semau gue, konsumtif, dan materialistik serta selalu mengukur segala sesuatu didalam kehidupan ini dengan materi kekayaan harta benda. Kurangnya interaksi sosial dan selalu tidak perduli dengan segala urusan yang tidak ada kaitan dengan dirinya. Jika kondisinya sudah demikian rupa tercipta, apa yang diharapkan anak-anak sebagai generasi bangsa terhadap keluarga dan masyarakat.
Apabila keluarga dan masyarakat sudah seperti yang digambarkan di atas, maka satu-satunya wadah terakhir untuk membentuk karakter anak bangsa terletak dipundak lembaga pendidikan umumnya dan sekolah khususnya. Sekolah Menengah jenjang SMP / MTs dan SMU / MA adalah lembaga pendidikan yang mempunyai peranan sangat penting dalam memberikan dasar-dasar bagi pengembangan manusia “unggul, bermoral, dan pekerja keras”. (Prof.Dr. Nana Syaodih.S, 2006 : 6).
Melalui sekolah diharapkan mampu memberikan keunggulan, moral, dan karakter pekerja keras serta berwawasan keagamaan yang kuat. Dengan demikian, para peserta didik mampu mencapai keunggulan penguasaan pengetahuan dan kecakapan dalam bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya, khususnya mata pelajaran ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mereka tidak hanya sekedar tahu atau kenal apa itu pelajaran IPS?, akan tetapi mereka juga harus mengetahui dan paham serta  bisa menggunakan dan mempraktekkan keilmuannya demi kebaikan, baik bagi dirinya, orang lain maupun masyarakat lingkungan sekitar. Dengan kata lain dapat membentuk manusia Indonesia yang bisa menyeimbangkan ilmu pengetahuan (daya nalar) dengan karakter (daya hati nurani) sehingga akan melahirkan generasi yang cerdas secara intelektual dan cerdas secara nurani berdasarkan emosional yang relegius.

B.       Batasan Masalah
Manakala kita membaca penjelasan dari latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas adalah “BAGAIMANA UPAYA MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN IPS DARI SUDUT PANDANG ISLAMI”.

C.       Tujuan Penulisan
1.        Memenuhi tugas dari mata kuliah Landasan Teori IPS yang diasuh oleh Bapak Dr. Hery Porda Nugroho,M.Pd.
2.        Memberikan informasi berupa pengetahuan tentang karakter dan jati diri pada manusia.
3.        Memberikan sedikit sumbangan yang mungkin dapat dipergunakan untuk kepentingan pembelajaran IPS di sekolah.


















BAB         2
UPAYA MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN  IPS DARI SUDUT PANDANG ISLAMI

A.       Pengertian Karakter dan Ilmu Pengetahuan sosial (IPS)
Untuk lebih memahami apa itu karakter, marilah kita perhatikan melalui uraian-uraian (describe) berisikan pengertian. Berikut beberapa pengertian karakter yang kita anggap saling isi-mengisi dan akan memperjelas pemahaman kita tentang arti karakter.
Pengertian karakter dalam agama Islam lebih dikenal dengan istilah akhlak.
Menurut kamus Al-Munawir kata akhlaq adalah jamak dari kata al-khuluqu yang artinya tabi’at atau budi pekerti. Seperti yang terdapat dalam surat Al-Qalam ayat,68 :  4, kata khuluq diartikan sebagai budi pekerti.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
4

Kemudian dalam surat lainnya seperti surat Asy-Syu’ara, 26 : 137, kata akhlaq atau khuluq diartikan sebagai adat kebiasaan.
(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu,
إِنْ هَذَا إِلا خُلُقُ الأوَّلِينَ
137

Dengan demikian kata akhlaq atau khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat.
       Ibn Miskawih yang wafat 421 H / 1030 M, mengatakan tentang akhlak ini sebagai “sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
 Imam Al-Ghazali (1059-1111 M) menyatakan bahwa akhlak adalah “sifat yang tertanam / menghujam di dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang akan secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan dan perbuatan”.
        Kamus besar bahasa Indonesia belum memasukkan kata karakter, yang ada adalah kata watak yang diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, tabiat. Menurut Dra.Hj.Inge Hutagalung,M.Si menyatakan bahwa watak mengisyaratkan norma tingkah laku tertentu yang menjadi dasar individu atau perbuatannya dinilai oleh orang lain.
        Menurut Sigmund Freud :  Karakter dapat diartikan sebagai kumpulan tata nilai yang mewujudkan dalam suatu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap, dan prilaku.
        Menurut H. Soemarno Soedarsono : Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri manusia melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan, dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia menjadi semacam nilai-nilai intrinsik yang mewujudkan dalam sistem daya juang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku.
        Menurut  Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab : karakter adalah himpunan pengalaman, pendidikan yang menumbuhkan kemampuan di dalam diri kita, sebagai alat ukir sisi paling dalam hati manusia yang mewujudkan baik pemikiran, sikap, dan perilaku termasuk akhlak mulia dan budi pekerti.
        Menurut DR. Nani Nurrachman : Karakter adalah sistem daya juang yang menggunakan nilai-nilai moral yang terpatri dalam diri kita yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku.
        Dari beberapa pengertian di atas, dapat kita pahami bahwa karakter pada dasarnya diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang sudah tertanam untuk menjadi semacam nilai intrinsik dalam diri manusia dan mewujud dalam suatu sistem daya juang yang akan melandasi munculnya  pemikiran sikap dan prilaku seorang manusia. Karakter tidak datang sendirinya, melainkan harus kita bentuk dan didisain sedemikian rupa sehingga nantinya menghasilkan pola atau tampilan perilaku seperti budi pekerti ataupun akhlak mulia yang bermoral untuk mencapai suatu tujuan yang mulia pula.
        Dengan demikian, tampilan-tampilan yang akan dilahirkan atau dimunculkan bergantung pada pemilikan karakter  seseorang, dimana seorang yang berkarakter berarti memanfaatkan nilai-nilai moral yang dimiliki dan melalui daya juang ditampilkan atau dipancarkan sehingg mampu mewujudkan suatu tindakan yang nyata. Dari pemahaman ini, dapat kita katakan bahwa seorang yang baik saja belum tentu berkarakter, tetapi seorang yang berkarakter pastilah orang baik. Dikatakan baik bila mempunyai karakter yang kuat dan sebaliknya akan disebut buruk bila mempunyai karakter yang lemah.
        Jadi, seorang yang berkarakter tidak cukup hanya sebagai seorang yang baik semata, tetapi orang berkarakter adalah orang yang baik dan sekaligus mampu menggunakan nilai baik tersebut melalui suatu daya juang mencapai tujuan mulia yang direncanakan.
        Kalau karakter tidak kita bangun dan dibentuk sedemikian rupa, maka rongga yang ada di dalam diri manusia,  sebagai tempat landasan sikap dan perilaku, besar kemungkinan akan diisi oleh hawa nafsu marah bahkan mungkin setan yang merajalela masuk merasuk kedalam jiwa manusia yang paling dalam, yaitu hati nurani. Kita sekarang boleh bertanya apakah ini yang sekarang sedang terjadi pada bangsa dan negara kita?
        Menurut Natonal Council for the Social Studies (NCSS) di Amerika disepakati bahwa “Social Sciense as the Core of the Curriculum”. Definisi tentang ilmu sosial pertama kali di keluarkan oleh Edgar Bruce Wesley pada tahun 1937 (Barr,Bath, dan Shermis, 1977 : 1-2) bahwa ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Pengertian ini, kemudian dibakukan dalam The United States of Edocation’s Standard Terminology for Curriculum and Instruction ( Dalam Darr dkk, 1977 : 2) bahwa ilmu-ilmu sosial berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, dan filsafat, yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi. Dengan kata lain, menurut Welton dan Mallan (1988 : 14) sebagai bagian atau turunan dari Ilmu Pengetahuan Sosial (social sciences).
        Dalam tahun 1955 terjadi suatu terobosan baru tentang ilmu sosial, berupa inovasi yang dilakukan oleh Maurice Hunc dan Lawrece Metcalf yang mencoba melihat cara baru dalam pengintegrasian pengetahuan dan keterampilan ilmu sosial untuk tujuan pendidikan kewarganegaraan (citizenship education). Berdasarkan tujuan tersebut ilmu sosial mulai diarahkan kepada upaya guna melatih para peserta didik untuk dapat mengambil keputusan mengenai masalah-masalah di dalam masyarakat. Gagasan ini juga diperkuat pula oleh Shirley Engle yang pada tahun 1960 menerbitkan buku Decision Making: The Heart of Social Scienses Instruction yang secara mendasar dan tegas merefleksikan gagasan John Dewey tentang pendidikan berpikir kritis.
        Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh H. H. Rommera dan D. H. Radlor yang dikenal dengan Purdue Opinion Poll, mereka adalah dosen Purdue University memberikan indikasi perlunya perubahan pembelajaran ilmu sosial menjadi pembelajaran yang berorientasi kepada kesatuan, dapat mengambil keputusan, dan berpusat dapa masalah (Barr dkk, 1977 : 41-42).
        Dengan berlatarbelakang pengalaman-pengalaman di atas, telah memperkuat munculnya gerakan the new social studies. Gerakan inilah yang menjadi pilar dari perkembanganilmu sosial pada tahun 1960-an, bertolak dari kesimpulan bahwa sebelumnya dinilai sangat tidak efektif dalam mengajarkan substansi dan mempengaruhi perubahan siswa. Oleh karena itu, para ilmuwan, dalam hal ini sejarawan dan ahli-ahli ilmu sosial bersatu padu untuk bergerak meningkatkan ilmu-ilmu sosial kepada taraf higher level of intellectual pursuit (Barr,dkk,1977 : 42) yakni mempelajari ilmu sosial secara mendasar. Dengan orientasi tersebut maka dimulailah era pembelajaran ilmu pengetahuan sosial.
        Melihat visi, misi dan strategi (Barr,dkk, 1978 : 17-19) ilmu sosial telah dikembangan dalam tiga tradisi, yakni :
1.        Tradisi citizienship transmmision, merujuk pada suatu modus pembelajaran sosial yang bertujuan untuk mengembangkan warga negara yang baik (Barr,dkk,1978 : 22).
2.        Tradisi social science, merupakan modus pembelajaran sosial yang mengembangkan karakter sebagai warga negara yang baik.
3.        Tradisi Reflective Inquiry, merupakan modus pembelajaran sosial yang menekankan perhatian pada pengembangan karakter warga negara yang baik dengan ciri pokoknya mampu mengambil keputusan.
Jadi dengan melihat definisi dan tujuan ilmu pengetahuan  sosial dapat kita simpulkan bahwa :                                                                                   Pertama, ilmu pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran dasar diseluruh jenjang pendidikan persekolahan;                                                              Kedua, mengembangkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan untuk dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat;                                                      Ketiga, materi pelajarannya digali dan diseleksi dari sejarah dan ilmu-ilmu sosial, humaniora serta sains;                                                                 Keempat, pembelajarannya menggunakan cara-cara yang mencerminkan kesadaran pribadi kemasyarakatan, pengalaman budaya, dan perkembangan pribadi peserta didik.
Dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan strategi baru, NCSS (1994) menggariskan rambu-rambu sebagai berikut :
1.        Pengembangan kemampuan sebagai warga negara yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat.
2.        Pengembangan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan lintas disiplin.
3.        Pengembangan yang menitik beratkan pada upaya membantu peserta didik untuk membangun pengetahuan dan sikap yang aktif melalui cara pandang secara akademik terhadap kenyataan.
4.        Pengembangan yang mencerminkan bahwa ilmu pengetahuan sosial dilihat secara terpadu yang pada akhirnya menuntut keterlibatan berbagai disiplin ilmu lainnya.
Berdasarkan kesimpulan tentang ilmu pengetahuan sosial di atas, dapat kita ambil dua kata yang dianggap penting yaitu sikap dan karakter, jadi salah satu item ilmu pengetahuan sosial pada dasarnya bertujuan untuk membentuk manusia atau peserta didik mempunyai pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai norma, sikap dan karakter berdasarkan ilmunya untuk terjun bermasyarakat.
Dari dua definisi, baik itu karakter dan ilmu pengetahuan sosial, maka dapatlah di sini kita tarik suatu hubungan bahwa pembentukan karakter peserta didik itu sebenarnya dapat  dilakukan melalui lembaga pendidikan, khususnya dunia persekolahan dan yang lebih utama lagi dengan peran dari pembelajaran mata pelajaran IPS, karena di dalam pelajaran IPS itu terdapat tujuan untuk membentuk sikap atau karakter warga negara (peserta didik) untuk menjadi baik yang bersumber pada nilai agama, norma, pengetahuan dan keterampilan, sehingga nantinya siap terjun di kancah kehidupan bermasyarakat.
        Apalagi dengan melihat melalui kacamata pendidikan, kondisi sekarang ini, dimana anak-anak bangsa  sudah kehilangan karakter, perlu sekali untuk mencari jalan solusinya, agar nantinya diharapkan akan terbentuk kembali karakter anak-anak bangsa sebagai generasi penerus  ini kembali utuh seperti semula yang memberikan nuasa kepribadian bangsa Indonesia.  Oleh karena itulah maka karakter manusia Indonesia itulah yang wajib dan harus dimunculkan kembali kepermukaan bumi kepribadian bangsa Indonesia.
        Bagaimana upaya kita untuk menampilkan dan memunculkan kembali karakter yang hilang , pecah dan retak akibat pukulan-pukulan martil yang mengatasnamakan batunya  Western, palunya Modernisasi, godamnya globalisasi, bornya Sains sekuler, kapaknya hedonisme dan aritnya budaya konsumtif. Untuk menjawabnya akan kita bahas dalam Bab ini juga pada bagian B.

B.       Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik Melalui Pembelajaran  IPS dari sudut  Pandang Islami
Telah panjang dijelas pada tulisan awal bahwa peran pendidikan sangatlah dominan dan penting sekali dalam membentuk karakter atau watak peserta didk.  Menurut  Prof. Dr. Slamet Iman Santoso, sebagai Bapak Psikologi Indonesia pendiri Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, dalam tahun 1970, secara mantap menyatakan bahwa “Pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan”. (H. Soemarno Soedarsono, 2008 : 23).
Herbert Spencer, seorang filsuf Inggris, 1820 – 1903, menyatakan bahwa : “Sasaran pendidikan adalah membangun karakter”, dan “Tujuan utama pendidikan bukanlah pengetahuan tapi penampilan atau tindakan”. Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa bangsa yang maju dan jaya tidak semata-mata disebabkan oleh kompetensi canggih ataupun kekayaan alamnya, tetapi utama dan terutama karena dorongan semangat dan karakter bangsanya . Kita tambahkan lagi sebuah kata bijak yang menyatakan bahwa peran karakter bagi diri seorang manusia adalah ibarat kemudi bagi sebuah kapal. Karakter adalah kemudi hidup yang akan menentukan arah yang benar bahtera kehidupan seorang manusia.
Bertitik tolak dari permasalahan dan juga uraian tersebut, maka mata pelajaran  ilmu pengetahuan sosial (IPS) berusaha dengan strateginya untuk dapat mengupayakan bagaimana caranya agar bisa dan mampu membentuk karakter peserta didik dari sudut pandang islami melalui proses pembelajarannya.
Dalam upaya pembentukan karakter peserta didk di sekolah melalui pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS), paling tidak ada empat koridor yang perlu dilakukan, yaitu :
1.        Kurikulum
2.        Materi Pelajaran
3.        Guru
4.        Proses pembelajaran.

Akan kita jelaskan satu persatu koridor tersebut di atas, agar nantinya dapat dipahami dan dapat ditarik hubungannya.
1.        Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sarana untuk mewujudkan visi pendidikan. Atau dengan kata lain. Kurikulum merupakan suatu penjabaran visi daru suatu lembaga pendidikan. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989 dijelaskan mengenai arti dan fungsi kurikulum sebagai berikut :
a.        Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. (pasal 1 ayat 9).
b.        Disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuainnya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. (pasal 37).
Jadi kurikulum merupakan suatu rencana yang menyediakan seperangkat kesempatan belajar bagi para peserta didik yang mengikuti program pendidikan. Kurikulum juga bisa mengalami perubahan dan penyempurnaan guna menyesuaikan pesatnya perkembangan ilmu pngetahuan dan teknologi serta memenuhi kebutuhan akan kualitas pendidkan.
Dalam kurikulum  Pendidikan Nasional , sebenarnya sudah ada rancangan mengenai mata pelajaran atau pendidikan budi pekerti. Dimana tujuan dari pelajaran budi pekerti ini gunanya untuk nantinya menghasilkan peserta didik yang mempunyai karakter atau sikap dan prilaku, yang bukan hanya cerdas dalam pengetahuan interletual tetapi juga beriman dalam hati nuraninya.
Tetapi dalam perkembangan selanjutnya rancangan itu hanya tertulis dalam rencana, pendidkan budi pekerti sama sekali tidak  pernah dilaksnakan di dunia pendidikan, padahal kita tahu betapa bagusnya kalau itu dilaksanakan. Kita lihat apa akibatnya 10 – 15 tahun kemudian, sekarang ini kita dapat merasakan bahwa pendidikan hanya mampu menghasilkan dan menampilkan  banyak manusia yang pandai, tetapi bermasalah dengan hati nuraninya (karakter dan jati dirinya).
Kemudian di dalam kurikulum juga sudah dirancang bahwa setiap mata pelajaran yang ada di sekolah haruslah selalu bermuatan IMTAQ, artinya setiap mata pelajaran yang ada, baik itu silabus maupun rencana pembelajaran haruslah selalu mencantumkan dan mengkaitkan materi dengan Al-Qur’an dan Hadist. Bagaimana dengan rencana ini, nasibnya setali tiga uang dengan pendidikan budi pekerti, yakni hilang tak berbekas ditengah perjalanan, layu didera panasnya  budaya Barat, terjepit oleh pesatnya modernisasi dan teknologi umat manusia.
Oleh karena itu, mulai sekarang ini kita bersama-sama untuk mencoba dan menggali sekali lagi rencana di atas, dimana melalui pembelajaran mata pelajaran  ilmu pengetahuan sosial  kita masukkan materi-materi yang ada untuk dikaitkan dengan Al-Qur’an dan Hadist, dengan kata lain dapat kita sebut sebagai mata pelajaran berbasis Islami. Diharapkan dengan adanya mata pelajaran IPS berbasis Islami ini, nantinya akan dapat menghasilkan peserta didik yang cerdas ilmu pengetahuannya dan pandai terhadap ilmu agamanya, dampaknya akan memunculkan karakter yang baik,selanjutnya menampilkan sikap  dan perilaku baik juga.
2.        Materi Pelajaran
Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS)  yang diajarkan pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) meliputi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan ekonomi. Dimana dalam penyajian materinya bersifat terpadu, artinya di dalam setiap penyampaian suatu materi guru dapat menghubungkannya dengan materi lainnya, yang masih termasuk dalam lingkup mata pelajaran IPS. Misalnya kalau guru menjelaskan tentang pelajaran geografi dengan materi permukaan bumi (geosfer) kepada peserta didik, maka materi tersebut dapat dikaitkan dengan materi pelajaran sejarah, ekonomi dan sosiologi.
Untuk mengkaitkan materi pelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan muatan imtaq, akan kita jelaskan satu persatu dengan bersumber pada kurikulum yang ada, kemudian kita hubungkan dengan sumber-sumber yang ada di dalam Al-Qur’an maupun Hadist.
a.        Geografi
        Dalam pelajaran IPS kelas VII di semester ganjil  dengan standar Kompetensi : Memahami lingkungan hidup manusia dan Kompetensi Dasarnya adalah mempelajari tentang bumi, baik itu masalah permukaan bumi, keragaman bentuk bumi, proses pembentukannya dan dampaknya terhadap kehidupan manusia.
Maka di dalam penjelasannya kita tidak bisa lepas atau mengabaikan siapa yang menciptakannya. Untuk menjawabnya jelas kita akan bersumber pada Al-Qur’an.
Surat Al – Baqarah, 2 : 22
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
22
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. (Zat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَ              لَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الأمْرَ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلا تَذَكَّرُونَ
3
Surat Yunus, 10 : 3
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
5
Surat Yunus, 10 : 5
Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.
إِنَّ فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ
6
Surat Yunus, 10 : 6
Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الأرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
3
Surat Ar-Rad, 13 : 3

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya),
وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ
16
Surat Al-Hijr, 15 ; 16
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.
وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلا
12
Surat Al-Isra’a, 17 : 12
b.       Sejarah
Materi dalam pelajaran IPS Sejarah untuk kelas VII semester ganjil disajikan tentang jenis-jenis manusia purba yang ada di bumi ini. Adanya manusia di bumi ini dapat kita baca dalam surat Al – Baqarah, 2 : 38
Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
38
Surat Shaad, 38 : 71
Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah".
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ
71
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ
11
Surat Al – A’raf, 7 : 11
Dia menciptakan manusia,
خَلَقَ الإنْسَانَ
3
Surat Ar-Rahman, 55 : 3
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.
إِنَّا خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
2
Surat Al – Insaan, 76 : 2
c.        Sosiologi
Dalam pelajaran IPS sosiologi ini materi yang disajikan untuk kelas VII adalah masalah interaksi sosial dalam masyarakat.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
4
Surat  Al – Qalam, 68
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
27
Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja) lah", maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
28
Surat An – Nuur, 24 : 27-28
Didalam pelajaran IPS sosiologi ini selain sumber yang di dapat  dari Al-Qur’an, banyak juga Hadist-hadits Nabi yang mengatur tentang interaksi sosila di dalam masyarakat antara lain dapar kita sajikan sebagai berikut :
·       Hadis riwayat Abu Hurairah ra. dia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk sehingga setelah selesai menciptakan mereka, bangkitlah rahim (hubungan kekeluargaan) berkata: Ini adalah tempat bagi orang berlindung (kepada-Mu) dengan tidak memutuskan tali silaturahmi. Allah menjawab: Ya. Apakah kamu senang kalau Aku menyambung orang yang menyambungmu, dan memutuskan orang yang memutuskanmu? Ia berkata: Tentu saja. Allah berfirman: Itulah milikmu. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Bacalah ayat berikut ini kalau kalian mau: Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinganya dan dibutakan matanya. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran ataukah hati mereka terkunci. (Shahih Muslim No.4634)
·                Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Rahim (tali persaudaraan) itu digantungkan pada arsy, ia berkata: Barang siapa yang menyambungku (berbuat baik kepada kerabat), maka Allah akan menyambungnya dan barang siapa yang memutuskan aku, maka Allah pun akan memutuskannya. (Shahih Muslim No.4635)
·                Hadis riwayat Jubair bin Muth`im ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan. (Shahih Muslim No.4636)
·                Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (Shahih Muslim No.4638)
·                Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kamu saling membenci, saling mendengki dan saling bermusuhan, tetapi jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal seorang muslim mendiamkan (tidak menyapa) saudaranya lebih dari tiga hari. (Shahih Muslim No.4641)
·                Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. (Shahih Muslim No.4646)
d.       Ekonomi
Untuk pelajaran IPS ekonomi yang disajikan untuk kelas VII adalah tentang pemenuhan kebutuhan hidup manusia dengan permasalahannya. Seperti dapat kita baca dalam Surat Al-Mu’minuun, 23 : 19,20,21
Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan,
فَأَنْشَأْنَا لَكُمْ بِهِ جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ لَكُمْ فِيهَا فَوَاكِهُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
19
dan pohon kayu ke luar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan pemakan makanan bagi orang-orang yang makan.
وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُورِ سَيْنَاءَ تَنْبُتُ بِالدُّهْنِ وَصِبْغٍ لِلآكِلِينَ
20
Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian darinya kamu makan,
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهَا وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
21
Dan dalam Surat Yasiin, 36 :
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan.
وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ
33
Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,
وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ
34
supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?
لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلا يَشْكُرُونَ
35
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
36
Dan dalam surat Al-Mu’min, 40 : 79-80
Allah-lah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan.
اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأنْعَامَ لِتَرْكَبُوا مِنْهَا وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
79
Dan (ada lagi) manfaat-manfaat yang lain pada binatang ternak itu untuk kamu dan supaya kamu mencapai suatu keperluan yang tersimpan dalam hati dengan mengendarainya. Dan kamu dapat diangkut dengan mengendarai binatang-binatang itu dan dengan mengendarai bahtera.
وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ وَلِتَ            لُغُوا عَلَيْهَا حَاجَةً فِي صُدُورِكُمْ وَعَلَيْهَا وَعَلَى الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ
80

3.        Guru
Siapa itu guru ? Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah (Saiful Bahri Djamarah, 2002). Selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik memiliki kepribadian yang paripurna. Dengan keimuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya.
  Setiap guru memiliki kepribadian yang sesuai dengan latar belakang mereka sebelum menjadi guru. Kepribadian dan pandangan guru serta latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Guru adalah manusia unik yang memiliki karakter sendiri-sendiri. Perbedaan karakter ini akan menyebabkan situasi belajar yang diciptakan oleh setiap guru bervariasi.
Dalam lembaga pendidikan formal. Guru menjalakan tugas pokok dan fungsi yang multiperan, yaitu sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih. Istilah pendidik merujuk pada pembinaan dan pengembangan afeksi peserta didik. Istilah mengajar merujuk pada pembinaan dan pengembangan pengetahuan atau asah otak – intelektual, dan Istilah pelatih merujuk pada pembinaan dan pengembangan keterampilan peserta didik (Prof. Dr. Sudarwan Danim, 2002 : 15).
Dapat kita gambarkan secara gamblang bahwa guru yang baik dan profesional itu adalah guru yang melakukan semua pekerjaan sudah sesuai dengan ahlinya atau profesinya. Dengan kata lain efektivitas proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas sangat ditentukan oleh kompetensi guru, di samping faktor lain, seperti anak didik, lingkungan, dan fasilitas. Mereka tidak hanya memerankan fungsi sebagai subyek yang mentransfer pengetahuan kepada anak didik, melainkan juga melakukan tugas-tugas sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam proses belajar mengajar. Merujuk pada konsep yang dianut di lingkungan Depdiknas, guru harus memiliki 10 kompetensi.
Menurut Muhibbin Syah (2004), ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu :
v    Menguasai Bahan
v    Mengelola program belajar mengajar
v    Mengelola kelas
v    Menggunakan media atau sumber belajar
v    Menguasai landasan kependidikan
v    Mengelola interaksi belajar mengajar
v    Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran
v    Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
v    Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
v    Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil pendidikan guna
         keperluan pengajaran.
             Masih ada lagi tambahan bagaimana sebenarnya seorang guru yang baik itu dan ini patut sekali untuk dicontoh bagi guru-guru lainnya, yaitu :
ü  Guru harus bersikap tenang dan tidak berlebih-lebihan dalam menghadapi setiap situasi.
ü  Guru harus bersikap netral dalam segala hal dan tidak menunjukkan pendapat pribadi
ü  Guru harus dapat menyukai anak didiknya secara adil
ü  Guru harus memperlakukan anak didik secara sama
ü  Guru harus mampu menyembunyikan perasaan meskipun terluka hatinya
ü  Guru diperlukan anak didik karena belum dapat bekerja sendiri
ü  Guru harus dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh anak didik.
Menurut saya uraian di atas tentang sikap dan prilaku guru sangat bagus, tetapi rasanya belum ideal kalau tidak diimbangi dengan sifat guru yang sholeh, alim (dalam arti tidak usah seperti ustaz) namun dalam kelimuan pengetahuan agamanya, guru tersebut  bisa diandalkan dan dapat berperan dalam masyarakat.
Apalagi guru yang memberi pelajaran IPS, dimana di dalam pembelajarannya kemungkinan sekali banyak menguraikan materi –materi pelajaran yang selalu berkaitan dengan Al-Qur’an. Maka sudah sepantasnyalah guru tersebut banyak membaca literatur-literatur tentang keagamaan dan permasalahannya serta juga bisa /banyak membaca dan bisa menterjemahkan firman-firman Allah SWT serta Hadist-hadist Nabi Muhammad SAW.
Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya dari seorang guru yang mengajar mata pelajaran IPS dari sudut pandang Islami adalah bisa, dapat dan mampu memberikan contoh suri tauladan dari si guru, baik itu karakter/ watak/akhlak yang baik. Sikap dan perilaku yang muncul pada diri guru itu merupakan tampilan dari karakter si guru tersebut. Kita menghendaki jangan ada guru yang sampai bersikap dan bertindak tidak sesuai dengan perkataan atau ucapannya. Istilahnya manis di bibir namun pahit di dalam hati.
Berhasil tidaknya pembentukan karakter peserta didik melalui mata pelajaran IPS dengan sudut pandang Islam, itu tergantung pada gurunya. Dimana keteladanan dan budi pekerti guru merupakan kunci utama serta ujung tombak dalam upaya pembentukan karakter peserta didik.
Aspek lain juga yang perlu guru perhatikan dalam upaya pembentukan karakter peserta didik adalah dengan mengenal dan memahami peserta didik. Kita atau guru yang mengajar pada jenjang SMP/MTs haruslah sudah mengetahui bahwa peserta didik memasuki masa remaja awal dengan usia 13 atau 14 tahun sampai 17 tahun.
Masa remaja awal mempunyai ciri-ciri khas, Menurut Hurlock, dia menyebut bahwa periode pubertas sering disebut fase negatif, dimana terdapat gejala-gejala seperti : keinginan untuk menyendiri, kurangnya kemauan untuk bekerja/ malas, kurangnya koordinasi fungsi-fungsi tubuh, kejemuan, kegelisahan, konflik sosial, penantangan, kepekaan perasaan, mulai timbul minat pada lawan seks, dan suka berhayal (Muhammad Al-Mighwar,M.Ag, 2006 : 68).
Jadi dengan mengetahui hal ikhwal peserta didik, maka separo pekerjaan seorang guru dalam memberikan dan menjelaskan tentang materi pelajaran akan berkurang, sehingga separonya lagi tinggal melaksanakan proses strategi pembelajaran.
4.        Proses Pembelajaran
Di dalam proses kegiatan belajar mengajar ada beberapa komponen yang antara satu dengan yang lainnya menjadi suatu sistem kesatuan yang saling terkait. Seperti : Guru, Kegiatan Belajar Mengajar (meliputi :Tujuan, strategi, materi,  sumber dan media, pendekatan, model, metode, penilaian), peserta didik, fasilitas, kondisi.
Kegiatan pembelajaran yang  sangat cocok untuk membentuk karakter peserta didik melalui mata pelajaran IPS yakni dengan versi pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efisien, dan Menyenangkan).
Pembelajaran yang sekarang ini mulai dan harus dilaksanakan adalah pembelajaran dengan memakai teori konstruktivisme. Teori Konstruktivisme adalah Satu fahaman bahwa murid bina sendiri secara aktif pengetahuan atau konsep berdasarkan kepada pengetahuan atau pengalaman yang sedia ada dan tidak menerima pengetahuan secara pasif dari alam sekeliling. Atau dengan kata lain peserta didik  belajar dan bina sendiri pemahaman yang bermakna tentang alam sekeliling mereka.
Adapun ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme meliputi :
1.        Pembelajaran berpusat pada peserta didik
2.        Fokus pada pembelajaran bukan pada pengajaran
3.        Guru sebagai fasilitator
4.        Pembelajaran sebagai suatu proses belajar
5.        Mendukung pembelajaran secara koperatif
6.        Menggalakkan dan menerima daya usaha peserta didik
7.        Memberi peluang kepada peserta didik untuk memahami  dengan melibatkannya dalam proses pembelajaran
8.        Membiasakan bertanya dan berdialog guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa
9.        Menggalakkan proses inkuiri peserta didik melalui kajian dan eksprimen
10.     Menggunakan hasil ide / gagasan dari peserta didik sebagai panduan pengejaran selanjutnya.
Kemudian pembelajaran konstruktivisme dipadukan dengan Contekstual Teaching and Learning (CTL), Pembelajaran CTL adalah Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural).
Sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/-konteks lainnya.
                                                Pembelajaran tersebut di atas akan mempunyai arti dan bentuknya  apa bila dilaksanakan dengan Cooperative Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam rangka memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
                Dimana pendekatan Cooperative Learning dilaksanakan dengan pemikiran sudah dilaksanakankan di Sekolah Menengah Pertama dengan Kurikulum KTSP, ini berdasarkan tuntutan pembelajaran yang mengharuskan keaktifan dan partisifasi siswa dalam pembelajaran, dimana guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan motivator terhadap siswa di dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran Koperative muncul dari konsep bahwa siswa akan akan lebih mudah menemukan dan memahami materi pelajaran yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Jadi, hakikat sosial dalam penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperative.
Pembelajaran Kooperative merupakan sebuah kelompok strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggan and Kauchak,1996 : 279). Pembelajaran ini disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dengan belajar bersama-sama.
Dalam pembelajaran ini siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa dan sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaborasi untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama mereka yang pada dasarnya sangat bermanfaat bagi kehidupan siswa di luar sekolah.
Pembelajaran kooperative mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang khas terhadap keragaman ras, budaya, agama, strata sosial, dan kemampuan (Ibrahim Dkk, 2000 : 9). Pembelajaran ini memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk belajar saling bergantung satu sama lain atas tugas bersama, dan melalui pembelajaran ini juga mereka diajarkan untuk menghargai orang lain, selain itu juga dapat melatih ketrampilan kerjasama dan tanyajawab.
Beberapa variasi model yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran koperative, yaitu :
1.        STAD (Students Teams-Achievement Divisions)
Pembelajaran dengan menggunakan tim siswa kelompok prestasi yang dimunculkan oleh Salvin tahun 1955. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran model STAD adalah, sebagai berikut :
a.    Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
b.   Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
c.    Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
d.   Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub   
     bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
     mendiskusikan sub bab mereka
e.    Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
     kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka     
     tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
     mendengarkan dengan sungguh-sungguh
f.    Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
g.   Guru memberi evaluasi
h.    Penutup
2.        JIGSAW
Pembelajaran menggunakan tim ahli dimunculkan oleh  ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, (1978). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a.    Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
b.   Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
c.    Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
d.   Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub
     bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
     mendiskusikan sub bab mereka
e.    Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
     kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
     tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
     mendengarkan dengan sungguh-sungguh
f.    Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
g.   Guru memberi evaluasi
h.    Penutup
3.        TPS ( Think Pair and Share) dimunculkan oleh Frank Lyman, 1985
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a.    Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b.   Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang
     disampaikan guru
c.    Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2
     orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
d.   Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan
     hasil diskusinya
e.    Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada
     pokok permasalahan dan menambah materi yang belum
     diuangkapkan para siswa
f.    Guru memberi kesimpulan
g.   Penutup
4.        NHT (Numbered Heads Together)
Pembelajaran menggunakan kepala bernomor yang dimunculkan oleh Spencer Kagan, 1992. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a.    Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
     mendapat nomor
b.   Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
     mengerjakannya
c.    Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
     anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
d.   Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
     dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
e.    Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
     yang lain
f.    Kesimpulan .
Jadi keterkaitan empat koridor di atas sangat penting dimana dimana  empat koridodor tersebut bekerja bersamaan dalam suatu sistem roda pembelajaran yang terjadi dan diciptakan sedemikian rupa di dalam  suatu kelas guna mencapai apa yang sudah direncanakan  dan menentukan sekali berhasil tidaknya upaya membentuk karakter peserta didik melalui pelajaran IPS dari sudut pandang Islami.
Karakter dari peserta didik akan mudah terbentuk dengan melalui suatu proses pembelajaran yang panjang, dimana perjalanan proses itu akan lancar apabila dilaksanakan oleh seorang guru secara konsisten dan berkomitmen bahwa usahanya untuk membentuk karakter peserta didik merupakan sebuah kewajiban dan tanggung jawab seorang guru yang profesional dalam rangka menciptakan peserta didik sebagai anak-anak bangsa penerus generasi untuk masa yang akan datang. Amin.







BAB         3
P E N U T U P

                        Karakter pada dasarnya diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang sudah tertanam untuk menjadi semacam nilai intrinsik dalam diri manusia dan mewujud dalam suatu sistem daya juang yang akan melandasi munculnya  pemikiran sikap dan prilaku seorang manusia. Karakter tidak datang sendirinya, melainkan harus kita bentuk dan didisain sedemikian rupa sehingga nantinya menghasilkan pola atau tampilan perilaku seperti budi pekerti ataupun akhlak mulia yang bermoral untuk mencapai suatu tujuan yang mulia pula. Jadi, seorang yang berkarakter tidak cukup hanya sebagai seorang yang baik semata, tetapi orang berkarakter adalah orang yang baik dan sekaligus mampu menggunakan nilai baik tersebut melalui suatu daya juang mencapai tujuan mulia yang direncanakan.
                                Salah satu item ilmu pengetahuan sosial pada dasarnya bertujuan untuk membentuk manusia atau peserta didik mempunyai pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai norma, sikap dan karakter berdasarkan ilmunya untuk terjun bermasyarakat.
Dari dua definisi, baik itu karakter dan ilmu pengetahuan sosial, maka dapatlah di sini kita tarik suatu hubungan bahwa pembentukan karakter peserta didik itu sebenarnya dapat  dilakukan melalui lembaga pendidikan, khususnya dunia persekolahan dan yang lebih utama lagi dengan peran dari pembelajaran mata pelajaran IPS, karena di dalam pelajaran IPS itu terdapat tujuan untuk membentuk sikap atau karakter warga negara (peserta didik) untuk menjadi baik yang bersumber pada nilai agama, norma, pengetahuan dan keterampilan, sehingga nantinya siap terjun di kancah kehidupan bermasyarakat.
Dalam upaya pembentukan karakter peserta didk di sekolah melalui pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS), paling tidak ada empat koridor yang perlu dilakukan, yaitu :
1.        Kurikulum
2.        Materi Pelajaran
3.        Guru
4.        Proses pembelajaran.
Jadi keterkaitan empat koridor di atas sangat penting dimana dimana  empat koridodor tersebut bekerja bersamaan dalam suatu sistem roda pembelajaran yang terjadi dan diciptakan sedemikian rupa di dalam  suatu kelas guna mencapai apa yang sudah direncanakan  dan menentukan sekali berhasil tidaknya upaya membentuk karakter peserta didik melalui pelajaran IPS dari sudut pandang Islami.







KEPUSTAKAAN

1.        Agus Suprijono, 2009, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM,  
Jogjakarta, Pustaka Pelajaran.
2.        Udin S. Winataputra,dkk, 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta,
Universitas Terbuka.
3.        Udin S. Winatgaputra,dkk, 2008, Pembelajaran IPS, Jakarta, Univ.Terbuka.
4.        Prof. Dr. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno,M.Pd, 2007, Strategi
Belajar mengajar, Bandung, Refika Aditama.
5.        Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd,dkk, 2007, Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta,
                                Nimas Multima.
6.        Prof. Dr. Sudarman Danim, 2002, Inovasi Pendidikan, Bandung, Pustaka
                                Setia.
7.        H. Soemarno Soedarsono, 2008, Membangun kembali jati diri bangsa,
                                Jakarta, elex Media Komputindo.
8.        Prof. Dr. Mukhtar dan Drs. Martinis Yamin,M.Pd, 2007, Sepuluh kiat sukses
                                mengajar di kelas, Jakarta, Nimas Multima.
9.        Muhammad Al-Mughwar,M.Ag, 2006, Psikologi Remaja, Bandung, Pustaka
                                Setia.
10.     Dra. Hj. Inge Hutagalung,M.Si, 2007, Pengmebangan Kepribadian, Jakarta,
                                Indeks.
               

















Posted by MYTULISAN On 23.30 No comments READ FULL POST
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube
All-Published

    Blogger news

    Free Music Online
    Free Music Online

    free music at divine-music.info

    Blogroll

    About