Selasa, 31 Agustus 2010

A. Latar Belakang

         Dalam     rangka    meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah banyak factor yang harus diperhatikan, seperti :   pendidik   ( guru ),   siswa, sarana dan prasarana,   labolaturium dengan kelengkapannya,   lingkungan, manajemen dan lain sebagainya.   Namun pada  kesempatan ini kita hanya akan melihat dari segi guru   dan siswa    yang   merupakan salah satu faktor terpenting yang berperan dalam    peningkatan    kualitas pembelajaran,   dengan tidak mengesampingkan faktor lainnya.
         Di  era    desentralisasi,   mulai tahun 2002,  posisi   guru berada pada titik sentral    dengan     tanggung     jawab yang    luas dan menjadi tumpuan dalam perkembangan   pembelajaran.    Guru bukan lagi sebagai pelaksana pengajaran seperti   tertulis  dalam GBPP yang ditetapkan oleh Mendiknas, tetapi guru harus menyusun sendiri  jabaran kurikulum,  menjadikannya sebagai silabus yang lebih rinci    yang    sesuai     dengan    karakteristik siswa,    kemampuan sekolah dan lingkungannya.
         Pada   masa  sekarang ini, guru haruslah aktif mengambil prakarsa sendiri,
Kini   guru  dituntut tampil dengan kemampuan yang terbina dari dalam diri guru
Sendiri,    guru    harus mampu  membuktikan kemampuan profesionalnya untuk menerima   amanah   sebagai pendidik yang tangguh, sehingga menjadi seorang guru yang berpikir   logis,    kritis, kreatif, dan refleksi dalam meningkatkan mutu pembelajaran.   Bertolak    dari   pandangan tersebut, maka ditawarkanlah suatu model pembinaan guru melalui LESSON STUDY ( LS ) dalam rangka meningkatkan profesional guru.

B. Lesson Study

         Lesson Study merupakan suatu wadah kegiatan para guru belajar membuat suatu pembelajaran. Lesson Study bukan metode atau strategi pembelajaran melainkan suatu model peningkatan mutu pembelajaran dan pembinaan profesi guru atau pendidik. Melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community.
         Lesson Study merupakan suatu kegiatan pembelajaran dari sejumlah guru dapat dilaksanakan dalam satu sekolah, kelompok sekolah, kelompok guru mata pelajaran atau MGMP, yang kegiatan mencakup 3 tahapan, yaitu perencanaan (Planning), pelaksanaan pembelajaran ( Do ) dan Penilaian dari observer  Observasi ) serta refleksi.
                                             Perencanaan / Plan          
                                          
                    Re-Plan                                               Pelaksanaan / Do
                                    Refleksi                      Penilaian/Observasi

Adapun 3 tahap kegiatan yang dilaksanakan dalam Lesson Study , yaitu :

1. Tahap Perencanaan (Plan)
    Pada tahap ini dilakukan pengkajian dan persiapan berupa identifikasi
    Masalah berkaitan dengan materi pelajaran yang relevan dengan kelas dan
    Jadual, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode dan pendekatan
    Pembelajaran, media/ alat peraga, dan penilaian proses serta penilaian hasil
    Belajar.
    Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan tersebut selaqnjutnya
    Di susun dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri dari :
A.   Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
B.    Petunjuk pelaksanaan pembelajaran
C.   Lembar Kerja Siswa (LKS)
D.   Media atau alat peraga pembelajaran
E.    Instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran
F.    Lembar observasi pembelajaran
Penyusunan perangkat pembelajaran di susun oleh seorang guru atau beberapa guru atas dasar kesepakatan dari hasil diskusi. Selanjutnya hasil identifikasi masalah dan perangkat pembelajaran tersebut di diskusikan kembali mungkin ada kekurangan sehingga dapat disempurnakan lagi.
2. Tahap Pelaksanaan ( Do )
    Dalam tahap ini seorang guru yang telah ditunjuk oleh kelompoknya
    melakukan implementasi rencana pembelajaran  (RP) yang telah disusun
    di depan  kelas.Guru–guru  lainyang dalam  satu  kelompok melakukan
    observasi ( Observer )  dengan  menggunakan lembar observasi yang telah di
    persiapkan sebelumnya.  Para guru  ( Observer ) ini mencatat segala kegiatan
    rekannya yang sedang mengajar di kelas.Hal  – hal positif dan negatif dalam
    proses pembelajaran,baik dari segi tingkah laku guru,siswa dan proses
    pembelajaran berlangsung.

3. Tahap Refleksi
    Di tahap ini dilaksanakan diskusi reflkesi begitu selesai pembelajaran,  baik
    langsung di  tempat pembelajaran tadi  (di kelas)  ataupun di tempat lain.
    diskusi refleksi dimulai dari guru yang melakukan praktek pembelajaran
    untuk memberikan komentar dan kesan – kesannya selama melaksanakan
    kegiatan pembelajaran di kelas, baik terhadap dirinya maupun terhadap
    siswanya. Selanjutnya para guru lain (observer) menyampaikan hasil
    observasinya dan analisis data observasi  yang menyangkut kegiatan
     pembelajaran tadi. Terakhir, guru melakukan yang diobservasi memberikan
    tanggapan balik atas komentar para observer. Hal penting pada tahap ini
    adalah mempertimbangkan kembali perencanaan pembelajaran yang telah
    disusun sebagai dasar untuk perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
    (RPP) berikutnya.

C. Pelaksanaan Pembelajaran

         Dalam    pelaksanaan    pembelajaran   berdasarkan Lesson Study dengan
metode   diskusi   dan kerjasama    kelompok  dan penggunaan APE sebagai alat peraga dengan  materi  pelajaran sejarah berdiri dan berkembangnya kerajaan  -
kerajaan Hindu – Budha yang ada di Indonesia kelas VII semester Ganjil.
         Model  pelaksanaan   pembelajaran pada mata pelajaran IPS terpadu yang
dilaksanakan  pada  hari  Kamis,  10 Maret 2008,  hasilnya cukup memuaskan ini
didasarkan  pada.  Pertama :   Kita melihat dari segi proses pembelajaran sangat
menarik,   siswa  aktif dalam mengikuti semua kegiatan proses belajar mengajar,
karena  di dalam kegiatannya siswa dilibatkan untuk berperan atau berpartisipasi
dalam proses KBM tersebut.
         Kegiatan   proses   KBM   sebaiknya dilakukan pada pertemuan kedua atau yang ketiga,   dimana   pada pertemuan pertama diharapkan semua siswa sudah
menguasai bahan pelajaran.  Dalam pertemuan ini dibagi beberapa tahap, yaitu ;
tahap (1)   Siswa   di suruh   secara   berkelompok untuk menyusun secara urut,
menggabungkan   dan    mencocokan     dengan    benar    dan    tepat   dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE). Tahap (2)   Siswa dilibatkan dalam
permainan simulasi (seperti permainan monopoli).  Tahap (3)      siswa dilibatkan
dalam unjuk kerja,    dimana    setiap  kelompok diberi tugas untuk mengerjakan
secara berkelompok.   Kedua :   Kita melihat dari hasil penilaian Proses dan hasil pemebelajaran.
         Dari    kegiatan  proses belajar mengajar di atas dapat kita katakan bahwa
Selama   pembelajaran   berlangsung sangat menarik dan menyenangkan, sudah
Tercipta   susana yang dikehendaki LS dalam PAKEM,    di dalam proses kegiatan belajar  mengajar tersebut juga tercipta guru saling belajar, sesama siswa dalam
Kelompok belajar,  semua siswa terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar,
Guru belajar dari kegiatan siswa yang belajar.
         Dalam     tulisan      ini   kita  kutip komentar dan pendapat dari para guru (observer) yang melakukan penilaian.
 No
                            Nama Observer
                                                                               Komentar atau pendapat
1.
Drs.Syahruji
Kepala Sekolah
Penilaian secara keseluruhan bagus, suasana kelas
Aktif, karena siswa dibawa ke dalam permainan pembelajaran, sehingga terjadi persaingan positif dalam mencari dan menjawab semua pertanyaan dari
Guru. Alat peraga sebagai media berupa APE sangat
Baik dan kreatif serta inovatif.
Materi sudah dikuasai betul oleh guru sehingga sangat
Memudahkan proses KBM.
2.
Nurhidayah,Spd
Wakasek
Pada tahap pendahuluan : sebaiknya diadakan pretest
Apersepsi dan motivasi ada dan cukup baik dimana siswa sudah terhadap materi pelajaran.

Pada tahap kegiatan inti :
- sebaiknya media diberi judul dan dibuat lebih dari 1
- sebaiknya siswa diberi kesempatan untuk
  Mempresentasikan jawaban tiap kelompok
- Lebih banyak memberi kesempatan siswa bertanya
- Penggunaan materi kurang efisien.

Pada tahap penutup :
Sebaiknya kesimuplan dituliskan di papan tulis.
3.
Dra.Normahadiyah
Guru
a. Pendahuluan : sudah melaksanakan apersepsi dan
    motivasi
b. Kegiatan inti  :
    - penguasaan materi baik guru dan siswa sudah
      baik
    - Kurang keseimbangan tentang memprsentasikan
    - media / alat peraga dibuat lebih dari 1
    - komunikasi 2 arah masih kurang
c. Penutup  : sudah baik adanya kesimpulan dan
   pemberian tugas.
4.
Hasnan,Spd
Guru
a. Pendahuluan : dapat dikatakan baik dan sudah memenuhi syarat.
b. Kegiatan inti  :
   - penguasaan dan penerapan materi, penguasaan
     Metode, penggunaan alat peraga, interaksi,
     Ketrampilan dan pembagian waktu secara
     Keseluruhan baik.
- Sumber belajar berupa buku paket dan
  keterlibatan anak lengkap dan terkendali.
c. Penutup : Baik, karena guru sudah melakukan
   kegiatan menyimpulkan pelajaran bersama siswa
   adayan penilaian berupa penugasan individu dan
   kelompok.

D. Penutup

         Dengan      diberlakukannya    KTSP   dan   implementasi   KTSP    dengan mengembangkan     Lesson     Study    dan PAKEM di jenjang Sekolah Menengah pertama (SMP) hendaknya guru dalam memberikan materi pelajaran IPS terpadu
haruslah banyak memperhatikan materi pelajaran, metode, media dan instrumen
lainnya.
         Semoga   dengan   adanya kegiatan MGMP sebagai wadah pembinaan dan
pelatihan   dapat  lebih memantapkan LS dan PAKEM sebagai acuan terbaru bagi
guru untuk   menuju   pada peningkatan profesional guru dan peningkatan mutu
mengajar guru serta peningkatan kualitas pendidikan.
         Hal – hal positif maupun negatif,    baik kelebihan atau kekurangan selama
kita   melaksanakan proses KBM,    terutama kritikan,   komentar,  pendapat dan saran   dari    para observer   (penilai)  hendaknya diterima secara arif dan bijak.
yang selanjutnya dijadikan kilas balik demi kesukseskan kita untuk melaksanakan
pembelajaran berikutnya. 

Daftar Pustaka
Arif Sriwiyana, 2007, Lesson Study, LPMP, Banjarbaru.
Tim Piloting, (2004), Laporan Kegiatan Piloting, Yogjakarta
Tim Pengmebang Sertifikasi Kependidikan, (2003), Pedoman Sertifikasi
                            Kompetensi Tenaga Kependidikan, Jakarta
























































Posted by MYTULISAN On 08.15 No comments READ FULL POST

P
endidikan     merupakan unsur yang sangat untuk menciptakan sumber daya manusiayang    beriman    dan  bertaqwa,     cerdas dan mampu bersaing serta dapat meningkatkan kesejahteraan sekaligus kemakmuran bangsa dan Negara Indonesia, sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh Undang – Undang Dasar 1945.
      Departemen  Pendidikan  Nasional  sebagai  lembaga  yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan  pendidikan   dan    telah  melakukan   pembaharuan system pendidikan. Usaha tersebut    antara    lain    adalah  penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana, serta peningkatan kualitas tenaga pengajar atau guru.
      Guru    sebagai     pendidik,   pengajar   dan  pelatih memegang peran penting sebagai sutradara sekaligus actor di dalam proses kegiatan belaja mengajar.  Artinya pada gurulah
Tugas   dan   tanggung  jawab merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di sekolah. Guru   sebagai   tenaga    yang    professional    harus   memiliki    sejumlah    kompetensi mengaflikasikan  berbagai   teori   belajar dalam bidang pengajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien,    kemampuan melibatkan siswa     berpartisipasi     aktif    dan kemampuan    membuat suasana    belajar yang dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
      Pada   masa    era   globalisasi guru   harus   professional dalam menghadapi; pertama, keragaman   peserta   didik dalam  berbagai dimensi ( intelektual, budaya, dan ekonomi ), kedua,   berkembangnya    ilmu pengetahuan  dan teknologi, ketiga, perubahan pola pikir masyarakat.      Dalam hal ini seorang guru harus mampu merancang, memilih bahan ajar dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan anak didik.
      Mengelola    proses  pembelajaran  secara taktis dan menyenangkan, mampu memilih media      pembelajaran      dan  merancang  program penilaian yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk     itulah      seorang     guru     harus     bisa  mengatasi permasalahan – permasalahan yang sering dihadapi pada proses kegiatan belajar mengajar.  Guru     harus bisa merancang suatu proses pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan.
















B.  Penggunaan APE sebagai alat peraga pembelajaran pada mata pelajaran IPS

      Pelajaran  Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) dipenuhi bahan materi yang bersifat abstrak.
Konsep   konsep  seperti     waktu,      perubahan,      kesinambungan,    arah mata angin lingkungan,     ritual,     akultrasi,   kekuasaan,  demokrasi,  nilai,  peran,  permintaan atau kelangkaan  adalah   konsep – konsep  yang abstrak yang dalam mata pelajaran IPS harus
Dibelajarkan   kepada  anak didik.  Sedangkan kita mengetahui  anak kelompok pada usia
Sekolah        Menengah         Pertama,      menurut    Piaget    (   1963    )   berada dalam perkembangan    kemampuan    intelketual   atau    kognitifnya pada tingkatan konkrit operasional.    Meraka lebih     perdulikan   adalah sekarang (konkrit) dan bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak).
      Oleh karena     itu guru mata     pelajaran IPS hendaklah bijak dan bisa berimprovisasi untuk menemukan berbagai cara dan bentuk pembelajaran agar memungkinkan konsep –
Konsep abstrak itu dipahami oleh anak didik.
      Bruner (1978) memberikan pemecahan bagaimana guru mata pelajaran IPS agar bisa
Mengkonkritkan     yang  abstrak   itu dengan percontohan  dengan  gerak,  gambar,  peta, grafiki,   lambing   atau    elaborasi    dalam   kata – kata  yang dapat dipahami anak didik. Pemecahan     lainnya    adalah    dengan   mengikuti konsep cara belajar siswa aktif yang sekarang     dikembangkan    dengan    istilah   Lesson Study (LS) dan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM),  yang merupakan salah satu strategi yang diharapkan dapat mengkondisikan pembelajaran  mata pelajaran IPS yang efektif.
      Atas   dasar  itulah kita mencoba menggunakan  Alat Permainan Edukatif (APE) yang merupakan salah satu alternatif untuk media pembelajaran.   Sebagai model pembelajaran
Pada     mata    pelajaran IPS Alat Permainan Edukatif (APE) pada dasarnya sama dengan
Alat Peraga Pembelajaran (APP) yaitu ;   alat peraga  dapat berupa gambar contoh, model miniature ataupun benda sesungguhnya, program audio video, program computer dan lain sebagainya.
“ Dilihat   dari    wujudnya,     ada   3   jenis media pembelajaran, yaitu ; grafis, audio dan proyeksi lisan.    Media grafis antara lain ;   gambar, fhoto, sketsa, diagram, bagan / chart,
Grafik,     kartun,    poster,   peta, globe, papan panel. Media audio antara lain ; radio, alat perekam,       lab. Bahasa. Proyeksi lisan ; film, bingkai, film rangkai, media transparansi,
Film dan vedio”. Ditjen Dikdasmen, 2000,7
Mulyono ( 2000 : 12 )      membedakan media pembelajaran menjadi media pandang yang tidak diproyeksikan    (gambar, grafis)    Media pandang yang diproyeksikan (OHP, slide)
Dan media audio.
Padi    (2002 : 10)   membedakan    media menggunakan teknologi tinggi dan media yang tidak memerlukan teknologi tinggi.
      Alat    Permainan    Edukatif (APE) juga merupakan Alat Peraga Pembelajaran (APP)
Yakni    seperangkat      peralatan    atau benda yang pada  dasarnya dirancang dan dibuat sedemikian     rupa    dalam   berbagai  bentuk.  Pada umumnya bentuk APE lebih banyak menuntut    anak   didik  menerapkan demontrasi dan psikomotornya.     Dimana di dalam
Pekasanaan proses kegiatan belajar mengajar anak didik dituntut lebih aktif  dan berperan
Serta atau berpartisipasi,  lebih banyak berperan,   bermanfaat,   efektif,   efisien dan tepat pada sasaran.
      Alat    permainan    edukatif  sebagai salah satu alat peraga pembelajaran  pada media pembelajaran    lebih        banyak menekankan pada bentuk – bentuk permainan yang kita anggap     masih      cocok    untuk  diterapkan pada anak kelompok usia sekolah menegah pertama (SMP).      Seperti    permainan   simulasi    atau permainan monopoli, permainan mencari dan menyusun secara urut, mencari dan menggabungkan pasangan dengan benar,
Dan puzzle.
      Bentuk   dan    penampilan    Alat permainan edukatif hendaklah dirancang dan dibuat
Oleh   guru   mata pelajaran sendiri,     karena dialah yang nantinya akan berperan penting dalam pelaksanaan penbelajaran di kelas,  baik yang berkaitan dalam hal materi pelajaran
Ataupun    berkaitan     dengan penggunaan    Alat permainan edukatif sebagai alat peraga pembelajaran.
      Dalam pembuatan APE yang harus diperhatikan sekali adalah tingkat kebutuhan anak didik,     unsur – unsur    pewarnaan    dari   gambar,   bentuk   dan  pola gambar. Gambar hendaknya dibuat semenarik mungkin,  sehingga dapat menciptakan suasana atau kondisi
Yang    menyenangkan    dan kesiapan   untuk menerima materi pelajaran dari anak didik.
Tapi perlu  tetap diingat  pembuatan alat tersebut tidak boleh menyimpang dan tetap pada
Jalur yang mengandung unsur- unsur pendidikan.
      APE merupakan salah satu jenis alat peraga pembelajaran yang sekarang ini mungkin
Dapat    dijadikan     alternatif  bagi guru mata pelajaran IPS Terpadu dalam menjabarkan materi – materi yang mungkin kita anggap masih abstrak.
      Akhirnya      penggunaan      APE     sebagai    alat peraga  pembelajaran dalam media pembelajaran   khususnya  pada mata pelajaran IPS terpadu kembali kita serahkan kepada
Guru – guru   yang  mengajar mata pelajaran IPS terpadu yang bersangkutan.     Para guru
Haruslah  selektif  dalam  memilih  materi,  relevansi,  dan  ketepatan.   Sudah tentu yang menjadi  pertimbangan   utama  adalah  unsur materi pelajaran agar di dalam penggunaan APE     sebagai    alat peraga    pembelajaran    dapat lebih tepat mengenai sasaran,   yaitu tercapainya      tujuan     pembelajaran   serta   guna menemukan  jenis – jenis media yang sebaikinya dikembangkan sesuai dengan  kemampuan  masing – masing guru, anak didik,
Dan sekolah.
      Mengingat    kedudukan   dan peran   alat peraga pembelajaran sebagai suatu media di dalam pencapaian tujuan pendidikan juga sangat penting,    sesuai dengan Kepmendikbud
Nomor :  0222.b/o/1980  dimana  disebutkan salah satunya adalah tersedianya alat peraga
Dan  merupakan salah satu sarana pendidikan yang berfungsi mendukung dan menunjang
Pelaksanaan pendidikan, khususnya dalam kegiata belajar mengajar.
      Pemakaian   APE    sebagai    alat peraga pembelajaran sangat cocok untuk diterapkan
Pada metode diskusi atau kerja kelompok,  karena di dalam diciptakan situasi sedemikian
Rupa   sehingga   anak didik dapat mengambil peran aktif,    juga mengajarkan anak didik
Untuk    bekerjasama   dalam kelompok untuk mengikuti atau menyelesaikan tugas dalam
Lingkungan kelompok. Mengingat model pembelajaran dalam penggunaan APE ini lebih
Menekankan   pada  ketrampilan – ktrampilan interaksi sosial dan berorientasi pada tugas
Menganalisa,  menggali,  atau  memperdebatkan  topik serta permasalahan tertentu  maka model pembelajaran ini sangat sesuai diterapkan  pada mata pelajaran IPS terpadu.






C. Penutup


     Kita berharap   semoga  dengan   penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) sebagai
Alat  peraga   pembelajaran   dalam  media pembelajaran pada mata pelajaran IPS terpadu
Bisa    dijadikan   salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai dan cocok dengan
Program yang sekarang dicanangkan oleh LPMP yakni  setiap sekolah    Khususnya pada jenjang     Sekolah    Menengah  Pertama sudah menerapkan Kurikulum    Tingkat Satuan Pendidik (KTSP).
      Selanjutnya     mari     kita     tingkatkan    lagi   kegiatan MGMP sebagai suatu wadah pembinaan dan pelatihan  agar dapat lebih memantapkan kurikulum baru (KTSP) dengan
Lesson   Study    dan    PAKEM   sebagai acuan pembelajaran terkini,     sehingga tercipta peningkatan profesional guru dan peningkatan mutu pendidikan.
     Semoga    dengan    adanya    tulisan yang sederhana ini akan menambah pengetahuan,
Pengalaman serta  peningkatan kualitas bagi guru mata pelajaran IPS khususnya dan guru mata pelajaran lain umumnya.







DAFTAR PUSTAKA

Dirjend Dikdasmen, 2002, Profesi Keguruan, Jakarta
Dirjend Dikdasmen, 2002, Media Pembelajaran, Jakarta
Danim, Sudarman, 2007, Inovasi Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung
Fathurrohman, 2007, Strategi Belajar Mengajar, Aditama, Bandung
Mukthar, 2007, 10 Kiat Sukses Mengajar di kelas, Nimas Multima, Jakarta
Posted by MYTULISAN On 08.05 No comments READ FULL POST

    Pendidikan sebagai bagian yang integral kehidupan masyarakat di era kemajuan teknologi sekarang ini harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Pendidikan harus menumbuhkan berbagai kompetensi peserta didik. Keterampilan intelektual, sosial, dan personal perlu di bangun tidak hanya dengan landasan rasio dan logika saja, tetapi juga inspirasi, kreativitas, moral, emosi dan spiritual. Sekolah sebagai institusi pendidikan dan miniatur masyarakat perlu mengembangkan suatu kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan tuntutan jaman sekarang ini. Oleh karena itu mulailah sekarang seorang guru harus juga mempunyai pengetahuan tentang apa itu belajar? Mengajar? Dan Pembelajaran?
A.    Pengertian Belajar
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut :
1.      Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
2.      Traves
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
3.      Cronbach
Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
4.      Harold Spears
Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
5.      Geoch
Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.
6.      Morgan
Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
         Belajar dianggapnya properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan, sebab seperti dikatakan Reber, belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.
         Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktek keseharian memang banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin dan peserta didikpun giat mengumpulkan atau menerimanya. Nah...proses belajar mengajar seperti ini banyak dilakukan dengan menghapal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hapal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya. Pengertian belajar seperti ini secara esensial belum memadai kalau kita melihat prinsip-prinsip belajar.
Berikut adalah prinsip-prinsip dari belajar :
Pertama, belajar adalah perubahan tingkah laku
Kedua, belajar merupakan suatu proses
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman
Jadi dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.

B.     Pengertian Mengajar
Mengajar pada hakekatnya bermaksud mengantar peserta didik mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam praktek, perilaku mengajar yang dipertunjukkan guru sangatlah beragam, meskipun maksudnya sama.
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada peserta didik. Banyak sekali kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan oleh guru, terutama  apabila diinginkan hasil belajar peserta didik yang lebih baik. Oleh karena itu, rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana. Dalam arti, membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri.
Bohar Suharto (1997) mendefinisikan, mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkunan sehingga tercipta suasana yang baik dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Sementara Oemar Hamalik (1992) mendefinisikan mengajar sebagai proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada peserta didik. Dalam pengertian yang lain, juga ndijelaskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan menyangkut pengambilan keputusan (Davies,1971)
Hasibuan (2000) menyebutkan bahwa konsep mengajar dalam proses perkembangan masih dianggap sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan pengetahuan. Mengajar menurut pengertian mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks, dimana mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Dalam sistem ini terdiri komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan yang ingin dicapai, guru dan peserta didik, pendekatan, model dan metode, media dan alat peraga, sarana dan prasarana mengajar yang tersedia.
Kedudukan guru dalam pengertian di atas dapat dikatakan bahwa guru bukanlah seorang penguasa tunggal atau pemain utama dalam kelas atau sekolah, tetapi dianggap sebagai pengelola belajar yang senantiasa siap membimbing dan membantu para peserta didik dalam menempuh perjalanan menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh dan menyeluruh.
           
C.     Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran sering sudah kita dengan. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Artinya disini bahwa pembelajaran dimana guru yang mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadi pembelajaran. Guru yang mengajar dalam persfektif pembelajaran adalah guru yang menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi, subyek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interakti, organik dan kontruktif.
Guru berperan sebagai orang yang selalu berupaya memberika rangsangan agar peserta didik mau mempelajari suatu materi pembelajaran tertentu. Pasa saat peserta didik melakukam proses belajar, seorang guru membimbing atau membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga dapat dipecahkan. Di samping itu, gurupun mengarahkan peserta didik belajar, sehingga dapat mencapai tujuan dan selalu berupaya agar peserta didik termotivasi untuk belajar. Dengan pembelajaran semacam ini peserta didik lebih aktif dan kegiatanpun beragam. Guru maupun peserta didik dapat mempelajari materi tertentu dengan cara diskusi, melakukan penemuan, percobaan, latihan, dan sebagainya, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
            Sumber : Cooperative Learning, Agus Suprijono 2009.
                            Strategi Belajar Mengajar, Prof. Pupuh.F 2007
                             Metode Pembelajaran, Dra. Sumiati 2007
Posted by MYTULISAN On 07.52 No comments READ FULL POST
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube
All-Published

    Blogger news

    Free Music Online
    Free Music Online

    free music at divine-music.info

    Blogroll

    About