BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modernisasi yang berkembang pesat dengan teknologi informasi dan komunikasi, kemudian diiringi dengan globalisasi telah membuat manusia keluar dari sekat-sekat konvensional.
Seiring dengan itu, mereka atau manusia mulai tercabut dari akar budaya yang selama ini telah membungkusnya menjadi ciri khas atau karakter sebagai manusia suatu bangsa Atau sering disebut jati diri.
Lihatlah berbagai kasus dan peristiwa yang terjadi dan muncul dan berkembang setiap hari melalui berbagai media informasi baik lewat berita tertulis, surat kabar maupun berita dari visualisasi seperti televisi dan internet yang memberitakan kejadian anarkis, pornografi, hedonisme, perkelahian dan lainnya.
Kondisi bangsa kita sekarang ini sangat memprihatinkan sekali, hampir disegala aspek kehidupan mengalami yang namanya krisis moral dan spritual di dalam dirinya. Keadaan tersebut terjadi diawali sejak tahun 1997 / 1998 dimana terjadinya krisis multidemensi yang dampaknya sedang kita alami hingga saat ini dan tak kunjung selesai. Dimulai dari adanya krisis moneter, ekonomi, politik, hukum, kepercayaan, kepemimpinan, dan yang sangat fatal adalah adanya krisis akhlak dan moral yang mempunyai dampak berkelanjutan sampai hari ini. Krisis yang semula merupakan krisis identitas ini menjadi lebih parah dan dalam karena menyangkut masalah hati nurani yang mencerminkan adanya krisis karakter, terlebih lagi adanya krisis yang berkaitan dengan jati diri.
Kita sebenarnya sudah tahu dan sadar serta maklum bahwa perubahan atau pergeseran nilai-nilai yang dialami oleh bangsa kita ini tidak lepas dari kehidupan modernisasi dan globalisasi yang tiap hari terus menyerang dan menjejali segi-segi kehidupan bangsa Indonesia dari segala arah.
Berlanjutnya kepurukan bangsa Indonesia menunjukkan bahwa betapa seriusnya masalah yang kita hadapi saat ini. Untuk itu harus dicari akar permasalahannya. Akar permasalahan dari krisis multidemensi memang berawal dari munculnya faktor eksternal, tetapi justru yang lebih menentukan keadaan bangsa berawal dari faktor internal, dimana sumber utama atau akar permasalahannya justru ada pada faktor manusia itu sendiri, manusia Indonesia..
Sebenarnya, manusia Indonesia tidak kalah cerdas dengan bangsa-bangsa lain. Bangsa Indonesia tidak bermasalah dengan IQ atau otak kita, yang menjadi masalah justru adalah yang berkaitan dengan hati nurani yang mencerminkan karakter dan jati dirinya. Cuma yang ditampilkan baik di surat kabar maupun televisi lebih banyak menampilkan manusia Indonesia atau sosok yang tidak tulus ikhlas, tidak bersungguh-sunggu, senang yang semu, senang berbasa-basi, membudayakan ABS (asal bapak senang). Kesemuanya ini sangat merusak karakter individu dan mempunyai implikasi pada rusaknya karakter bangsa. Penampilan semacam ini dalam satu kata disebut penampilan memakai kedok atau topeng. Dapat kita bayangkan bagaimana kinerja dan aktivitas yang akan ditampilkan oleh manusia seperti tersebut, maka akan tercipta sikap-sikap seperti : kata-katanya tidak bisa dipercaya, ingkar janji, tidak bertanggung-jawab, saling menghujat. Dengan kata lain tidak ada satunya antara kata dengan perbuatan.
Penampilan atau gambaran kinerja semacam ini jelas sekali menunjukkan bahwa manusia Indonesia “kehilangan” jati dirinya yang memberi implikasi pada rusaknya karakter bangsa. Karakter bangsa Indonesia yang selama ini dikenal ramah tamah, gotong royong, sopan santun, sekarang berubah dengan penampilan yang nyaris disamakan dengan penampilan yang arogan, cenderung menampilkan kekerasan yang berujung anarkis. (Sutikno,2010:6)
Apakah pantas kita masih berkata dengan lantang bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa berbudaya tinggi yang penuh kekeluargaan, gotong royong, keramhtamahan serta menjunjung tinggi etika dan moralitas?
Oleh karena itu cara yang terbaik dalam memecahkan permasalahan di atas adalah melalui penyadaran diri tentang segala hal yang terkait dengan tatanan sosial melalui internalisasi nilai-nilai agama, moral, sosial, dan budaya ke dalam diri tiap anak bangsa, agar mereka kelak menjadi manusia yang unggul. Yaitu manusia yang mampu berpikir global tetapi tetap bertindak dan berprilaku sesuai dengan nilai dan norma dimanapun mereka berada.
Membentuk karakter tidak semudah kita mengucapkannya, karena mengubah dan membina karakter tidak cukup hanya dengan omongan, ceramah, omelan, sindiran, kritikan atau cara-cara lain yang serba verbalisme.Membentuk karakter menuntut adanya keteladan dari mereka yang tentunya bersinggungan baik secara langsung maupun tidak dengan anak-anak bangsa.
Sekarang ini bangsa kita Indonesia sangat membutuhkan sekali manusia-manusia yang hanya pandai berbicara dan banyak omong, tetapi manusia yang sanggup berbuat dan bertindak sesuai dengan apa yang diucapkan.
Ketika kehidupan sudah berubah sedemikian rupa, dimana keluarga terkadang tidak mampu lagi membina anak-anaknya secara intensif karena terlalu disibukkan oleh pekerjaan yang menyita waktu (dalam istilah banjar turun bank naik bank) yang seolah-olah kekurangan waktu, akibatnya anak hidup tanpa pengawasan dan kontrol yang jelas serta bebas sekehendaknya.Disisi lain masyarakat pun cenderung menjadi individualis yang kurang peduli dengan kehidupan lingkungan sekitarnya, baik itu dengan sanak keluarga maupun tetangga dekat. Mereka lebih asyik dengan kehidupannya sendri yang semau gue, konsumtif, dan materialistik serta selalu mengukur segala sesuatu didalam kehidupan ini dengan materi kekayaan harta benda. Kurangnya interaksi sosial dan selalu tidak perduli dengan segala urusan yang tidak ada kaitan dengan dirinya. Jika kondisinya sudah demikian rupa tercipta, apa yang diharapkan anak-anak sebagai generasi bangsa terhadap keluarga dan masyarakat.
Apabila keluarga dan masyarakat sudah seperti yang digambarkan di atas, maka satu-satunya wadah terakhir untuk membentuk karakter anak bangsa terletak dipundak lembaga pendidikan umumnya dan sekolah khususnya. Sekolah Menengah jenjang SMP / MTs dan SMU / MA adalah lembaga pendidikan yang mempunyai peranan sangat penting dalam memberikan dasar-dasar bagi pengembangan manusia “unggul, bermoral, dan pekerja keras”. (Prof.Dr. Nana Syaodih.S, 2006 : 6).
Melalui sekolah diharapkan mampu memberikan keunggulan, moral, dan karakter pekerja keras serta berwawasan keagamaan yang kuat. Dengan demikian, para peserta didik mampu mencapai keunggulan penguasaan pengetahuan dan kecakapan dalam bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya, khususnya mata pelajaran ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mereka tidak hanya sekedar tahu atau kenal apa itu pelajaran IPS?, akan tetapi mereka juga harus mengetahui dan paham serta bisa menggunakan dan mempraktekkan keilmuannya demi kebaikan, baik bagi dirinya, orang lain maupun masyarakat lingkungan sekitar. Dengan kata lain dapat membentuk manusia Indonesia yang bisa menyeimbangkan ilmu pengetahuan (daya nalar) dengan karakter (daya hati nurani) sehingga akan melahirkan generasi yang cerdas secara intelektual dan cerdas secara nurani berdasarkan emosional yang relegius.
B. Batasan Masalah
Manakala kita membaca penjelasan dari latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas adalah “BAGAIMANA UPAYA MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN IPS DARI SUDUT PANDANG ISLAMI”.
C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas dari mata kuliah Landasan Teori IPS yang diasuh oleh Bapak Dr. Hery Porda Nugroho,M.Pd.
2. Memberikan informasi berupa pengetahuan tentang karakter dan jati diri pada manusia.
3. Memberikan sedikit sumbangan yang mungkin dapat dipergunakan untuk kepentingan pembelajaran IPS di sekolah.
BAB 2
UPAYA MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN IPS DARI SUDUT PANDANG ISLAMI
A. Pengertian Karakter dan Ilmu Pengetahuan sosial (IPS)
Untuk lebih memahami apa itu karakter, marilah kita perhatikan melalui uraian-uraian (describe) berisikan pengertian. Berikut beberapa pengertian karakter yang kita anggap saling isi-mengisi dan akan memperjelas pemahaman kita tentang arti karakter.
Pengertian karakter dalam agama Islam lebih dikenal dengan istilah akhlak.
Menurut kamus Al-Munawir kata akhlaq adalah jamak dari kata al-khuluqu yang artinya tabi’at atau budi pekerti. Seperti yang terdapat dalam surat Al-Qalam ayat,68 : 4, kata khuluq diartikan sebagai budi pekerti.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. | وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ | 4 |
Kemudian dalam surat lainnya seperti surat Asy-Syu’ara, 26 : 137, kata akhlaq atau khuluq diartikan sebagai adat kebiasaan.
(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu, | إِنْ هَذَا إِلا خُلُقُ الأوَّلِينَ | 137 |
Dengan demikian kata akhlaq atau khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat.
Ibn Miskawih yang wafat 421 H / 1030 M, mengatakan tentang akhlak ini sebagai “sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Imam Al-Ghazali (1059-1111 M) menyatakan bahwa akhlak adalah “sifat yang tertanam / menghujam di dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang akan secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan dan perbuatan”.
Kamus besar bahasa Indonesia belum memasukkan kata karakter, yang ada adalah kata watak yang diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, tabiat. Menurut Dra.Hj.Inge Hutagalung,M.Si menyatakan bahwa watak mengisyaratkan norma tingkah laku tertentu yang menjadi dasar individu atau perbuatannya dinilai oleh orang lain.
Menurut Sigmund Freud : Karakter dapat diartikan sebagai kumpulan tata nilai yang mewujudkan dalam suatu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap, dan prilaku.
Menurut H. Soemarno Soedarsono : Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri manusia melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan, dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia menjadi semacam nilai-nilai intrinsik yang mewujudkan dalam sistem daya juang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku.
Menurut Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab : karakter adalah himpunan pengalaman, pendidikan yang menumbuhkan kemampuan di dalam diri kita, sebagai alat ukir sisi paling dalam hati manusia yang mewujudkan baik pemikiran, sikap, dan perilaku termasuk akhlak mulia dan budi pekerti.
Menurut DR. Nani Nurrachman : Karakter adalah sistem daya juang yang menggunakan nilai-nilai moral yang terpatri dalam diri kita yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat kita pahami bahwa karakter pada dasarnya diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang sudah tertanam untuk menjadi semacam nilai intrinsik dalam diri manusia dan mewujud dalam suatu sistem daya juang yang akan melandasi munculnya pemikiran sikap dan prilaku seorang manusia. Karakter tidak datang sendirinya, melainkan harus kita bentuk dan didisain sedemikian rupa sehingga nantinya menghasilkan pola atau tampilan perilaku seperti budi pekerti ataupun akhlak mulia yang bermoral untuk mencapai suatu tujuan yang mulia pula.
Dengan demikian, tampilan-tampilan yang akan dilahirkan atau dimunculkan bergantung pada pemilikan karakter seseorang, dimana seorang yang berkarakter berarti memanfaatkan nilai-nilai moral yang dimiliki dan melalui daya juang ditampilkan atau dipancarkan sehingg mampu mewujudkan suatu tindakan yang nyata. Dari pemahaman ini, dapat kita katakan bahwa seorang yang baik saja belum tentu berkarakter, tetapi seorang yang berkarakter pastilah orang baik. Dikatakan baik bila mempunyai karakter yang kuat dan sebaliknya akan disebut buruk bila mempunyai karakter yang lemah.
Jadi, seorang yang berkarakter tidak cukup hanya sebagai seorang yang baik semata, tetapi orang berkarakter adalah orang yang baik dan sekaligus mampu menggunakan nilai baik tersebut melalui suatu daya juang mencapai tujuan mulia yang direncanakan.
Kalau karakter tidak kita bangun dan dibentuk sedemikian rupa, maka rongga yang ada di dalam diri manusia, sebagai tempat landasan sikap dan perilaku, besar kemungkinan akan diisi oleh hawa nafsu marah bahkan mungkin setan yang merajalela masuk merasuk kedalam jiwa manusia yang paling dalam, yaitu hati nurani. Kita sekarang boleh bertanya apakah ini yang sekarang sedang terjadi pada bangsa dan negara kita?
Menurut Natonal Council for the Social Studies (NCSS) di Amerika disepakati bahwa “Social Sciense as the Core of the Curriculum”. Definisi tentang ilmu sosial pertama kali di keluarkan oleh Edgar Bruce Wesley pada tahun 1937 (Barr,Bath, dan Shermis, 1977 : 1-2) bahwa ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Pengertian ini, kemudian dibakukan dalam The United States of Edocation’s Standard Terminology for Curriculum and Instruction ( Dalam Darr dkk, 1977 : 2) bahwa ilmu-ilmu sosial berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, dan filsafat, yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi. Dengan kata lain, menurut Welton dan Mallan (1988 : 14) sebagai bagian atau turunan dari Ilmu Pengetahuan Sosial (social sciences).
Dalam tahun 1955 terjadi suatu terobosan baru tentang ilmu sosial, berupa inovasi yang dilakukan oleh Maurice Hunc dan Lawrece Metcalf yang mencoba melihat cara baru dalam pengintegrasian pengetahuan dan keterampilan ilmu sosial untuk tujuan pendidikan kewarganegaraan (citizenship education). Berdasarkan tujuan tersebut ilmu sosial mulai diarahkan kepada upaya guna melatih para peserta didik untuk dapat mengambil keputusan mengenai masalah-masalah di dalam masyarakat. Gagasan ini juga diperkuat pula oleh Shirley Engle yang pada tahun 1960 menerbitkan buku Decision Making: The Heart of Social Scienses Instruction yang secara mendasar dan tegas merefleksikan gagasan John Dewey tentang pendidikan berpikir kritis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh H. H. Rommera dan D. H. Radlor yang dikenal dengan Purdue Opinion Poll, mereka adalah dosen Purdue University memberikan indikasi perlunya perubahan pembelajaran ilmu sosial menjadi pembelajaran yang berorientasi kepada kesatuan, dapat mengambil keputusan, dan berpusat dapa masalah (Barr dkk, 1977 : 41-42).
Dengan berlatarbelakang pengalaman-pengalaman di atas, telah memperkuat munculnya gerakan the new social studies. Gerakan inilah yang menjadi pilar dari perkembanganilmu sosial pada tahun 1960-an, bertolak dari kesimpulan bahwa sebelumnya dinilai sangat tidak efektif dalam mengajarkan substansi dan mempengaruhi perubahan siswa. Oleh karena itu, para ilmuwan, dalam hal ini sejarawan dan ahli-ahli ilmu sosial bersatu padu untuk bergerak meningkatkan ilmu-ilmu sosial kepada taraf higher level of intellectual pursuit (Barr,dkk,1977 : 42) yakni mempelajari ilmu sosial secara mendasar. Dengan orientasi tersebut maka dimulailah era pembelajaran ilmu pengetahuan sosial.
Melihat visi, misi dan strategi (Barr,dkk, 1978 : 17-19) ilmu sosial telah dikembangan dalam tiga tradisi, yakni :
1. Tradisi citizienship transmmision, merujuk pada suatu modus pembelajaran sosial yang bertujuan untuk mengembangkan warga negara yang baik (Barr,dkk,1978 : 22).
2. Tradisi social science, merupakan modus pembelajaran sosial yang mengembangkan karakter sebagai warga negara yang baik.
3. Tradisi Reflective Inquiry, merupakan modus pembelajaran sosial yang menekankan perhatian pada pengembangan karakter warga negara yang baik dengan ciri pokoknya mampu mengambil keputusan.
Jadi dengan melihat definisi dan tujuan ilmu pengetahuan sosial dapat kita simpulkan bahwa : Pertama, ilmu pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran dasar diseluruh jenjang pendidikan persekolahan; Kedua, mengembangkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan untuk dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat; Ketiga, materi pelajarannya digali dan diseleksi dari sejarah dan ilmu-ilmu sosial, humaniora serta sains; Keempat, pembelajarannya menggunakan cara-cara yang mencerminkan kesadaran pribadi kemasyarakatan, pengalaman budaya, dan perkembangan pribadi peserta didik.
Dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan strategi baru, NCSS (1994) menggariskan rambu-rambu sebagai berikut :
1. Pengembangan kemampuan sebagai warga negara yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Pengembangan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan lintas disiplin.
3. Pengembangan yang menitik beratkan pada upaya membantu peserta didik untuk membangun pengetahuan dan sikap yang aktif melalui cara pandang secara akademik terhadap kenyataan.
4. Pengembangan yang mencerminkan bahwa ilmu pengetahuan sosial dilihat secara terpadu yang pada akhirnya menuntut keterlibatan berbagai disiplin ilmu lainnya.
Berdasarkan kesimpulan tentang ilmu pengetahuan sosial di atas, dapat kita ambil dua kata yang dianggap penting yaitu sikap dan karakter, jadi salah satu item ilmu pengetahuan sosial pada dasarnya bertujuan untuk membentuk manusia atau peserta didik mempunyai pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai norma, sikap dan karakter berdasarkan ilmunya untuk terjun bermasyarakat.
Dari dua definisi, baik itu karakter dan ilmu pengetahuan sosial, maka dapatlah di sini kita tarik suatu hubungan bahwa pembentukan karakter peserta didik itu sebenarnya dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan, khususnya dunia persekolahan dan yang lebih utama lagi dengan peran dari pembelajaran mata pelajaran IPS, karena di dalam pelajaran IPS itu terdapat tujuan untuk membentuk sikap atau karakter warga negara (peserta didik) untuk menjadi baik yang bersumber pada nilai agama, norma, pengetahuan dan keterampilan, sehingga nantinya siap terjun di kancah kehidupan bermasyarakat.
Apalagi dengan melihat melalui kacamata pendidikan, kondisi sekarang ini, dimana anak-anak bangsa sudah kehilangan karakter, perlu sekali untuk mencari jalan solusinya, agar nantinya diharapkan akan terbentuk kembali karakter anak-anak bangsa sebagai generasi penerus ini kembali utuh seperti semula yang memberikan nuasa kepribadian bangsa Indonesia. Oleh karena itulah maka karakter manusia Indonesia itulah yang wajib dan harus dimunculkan kembali kepermukaan bumi kepribadian bangsa Indonesia.
Bagaimana upaya kita untuk menampilkan dan memunculkan kembali karakter yang hilang , pecah dan retak akibat pukulan-pukulan martil yang mengatasnamakan batunya Western, palunya Modernisasi, godamnya globalisasi, bornya Sains sekuler, kapaknya hedonisme dan aritnya budaya konsumtif. Untuk menjawabnya akan kita bahas dalam Bab ini juga pada bagian B.
B. Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik Melalui Pembelajaran IPS dari sudut Pandang Islami
Telah panjang dijelas pada tulisan awal bahwa peran pendidikan sangatlah dominan dan penting sekali dalam membentuk karakter atau watak peserta didk. Menurut Prof. Dr. Slamet Iman Santoso, sebagai Bapak Psikologi Indonesia pendiri Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, dalam tahun 1970, secara mantap menyatakan bahwa “Pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan”. (H. Soemarno Soedarsono, 2008 : 23).
Herbert Spencer, seorang filsuf Inggris, 1820 – 1903, menyatakan bahwa : “Sasaran pendidikan adalah membangun karakter”, dan “Tujuan utama pendidikan bukanlah pengetahuan tapi penampilan atau tindakan”. Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa bangsa yang maju dan jaya tidak semata-mata disebabkan oleh kompetensi canggih ataupun kekayaan alamnya, tetapi utama dan terutama karena dorongan semangat dan karakter bangsanya . Kita tambahkan lagi sebuah kata bijak yang menyatakan bahwa peran karakter bagi diri seorang manusia adalah ibarat kemudi bagi sebuah kapal. Karakter adalah kemudi hidup yang akan menentukan arah yang benar bahtera kehidupan seorang manusia.
Bertitik tolak dari permasalahan dan juga uraian tersebut, maka mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) berusaha dengan strateginya untuk dapat mengupayakan bagaimana caranya agar bisa dan mampu membentuk karakter peserta didik dari sudut pandang islami melalui proses pembelajarannya.
Dalam upaya pembentukan karakter peserta didk di sekolah melalui pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS), paling tidak ada empat koridor yang perlu dilakukan, yaitu :
1. Kurikulum
2. Materi Pelajaran
3. Guru
4. Proses pembelajaran.
Akan kita jelaskan satu persatu koridor tersebut di atas, agar nantinya dapat dipahami dan dapat ditarik hubungannya.
1. Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sarana untuk mewujudkan visi pendidikan. Atau dengan kata lain. Kurikulum merupakan suatu penjabaran visi daru suatu lembaga pendidikan. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989 dijelaskan mengenai arti dan fungsi kurikulum sebagai berikut :
a. Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. (pasal 1 ayat 9).
b. Disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuainnya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. (pasal 37).
Jadi kurikulum merupakan suatu rencana yang menyediakan seperangkat kesempatan belajar bagi para peserta didik yang mengikuti program pendidikan. Kurikulum juga bisa mengalami perubahan dan penyempurnaan guna menyesuaikan pesatnya perkembangan ilmu pngetahuan dan teknologi serta memenuhi kebutuhan akan kualitas pendidkan.
Dalam kurikulum Pendidikan Nasional , sebenarnya sudah ada rancangan mengenai mata pelajaran atau pendidikan budi pekerti. Dimana tujuan dari pelajaran budi pekerti ini gunanya untuk nantinya menghasilkan peserta didik yang mempunyai karakter atau sikap dan prilaku, yang bukan hanya cerdas dalam pengetahuan interletual tetapi juga beriman dalam hati nuraninya.
Tetapi dalam perkembangan selanjutnya rancangan itu hanya tertulis dalam rencana, pendidkan budi pekerti sama sekali tidak pernah dilaksnakan di dunia pendidikan, padahal kita tahu betapa bagusnya kalau itu dilaksanakan. Kita lihat apa akibatnya 10 – 15 tahun kemudian, sekarang ini kita dapat merasakan bahwa pendidikan hanya mampu menghasilkan dan menampilkan banyak manusia yang pandai, tetapi bermasalah dengan hati nuraninya (karakter dan jati dirinya).
Kemudian di dalam kurikulum juga sudah dirancang bahwa setiap mata pelajaran yang ada di sekolah haruslah selalu bermuatan IMTAQ, artinya setiap mata pelajaran yang ada, baik itu silabus maupun rencana pembelajaran haruslah selalu mencantumkan dan mengkaitkan materi dengan Al-Qur’an dan Hadist. Bagaimana dengan rencana ini, nasibnya setali tiga uang dengan pendidikan budi pekerti, yakni hilang tak berbekas ditengah perjalanan, layu didera panasnya budaya Barat, terjepit oleh pesatnya modernisasi dan teknologi umat manusia.
Oleh karena itu, mulai sekarang ini kita bersama-sama untuk mencoba dan menggali sekali lagi rencana di atas, dimana melalui pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial kita masukkan materi-materi yang ada untuk dikaitkan dengan Al-Qur’an dan Hadist, dengan kata lain dapat kita sebut sebagai mata pelajaran berbasis Islami. Diharapkan dengan adanya mata pelajaran IPS berbasis Islami ini, nantinya akan dapat menghasilkan peserta didik yang cerdas ilmu pengetahuannya dan pandai terhadap ilmu agamanya, dampaknya akan memunculkan karakter yang baik,selanjutnya menampilkan sikap dan perilaku baik juga.
2. Materi Pelajaran
Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) yang diajarkan pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) meliputi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan ekonomi. Dimana dalam penyajian materinya bersifat terpadu, artinya di dalam setiap penyampaian suatu materi guru dapat menghubungkannya dengan materi lainnya, yang masih termasuk dalam lingkup mata pelajaran IPS. Misalnya kalau guru menjelaskan tentang pelajaran geografi dengan materi permukaan bumi (geosfer) kepada peserta didik, maka materi tersebut dapat dikaitkan dengan materi pelajaran sejarah, ekonomi dan sosiologi.
Untuk mengkaitkan materi pelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan muatan imtaq, akan kita jelaskan satu persatu dengan bersumber pada kurikulum yang ada, kemudian kita hubungkan dengan sumber-sumber yang ada di dalam Al-Qur’an maupun Hadist.
a. Geografi
Dalam pelajaran IPS kelas VII di semester ganjil dengan standar Kompetensi : Memahami lingkungan hidup manusia dan Kompetensi Dasarnya adalah mempelajari tentang bumi, baik itu masalah permukaan bumi, keragaman bentuk bumi, proses pembentukannya dan dampaknya terhadap kehidupan manusia.
Maka di dalam penjelasannya kita tidak bisa lepas atau mengabaikan siapa yang menciptakannya. Untuk menjawabnya jelas kita akan bersumber pada Al-Qur’an.
Surat Al – Baqarah, 2 : 22
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. | الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ | 22 |
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. (Zat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? | إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَ لَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الأمْرَ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلا تَذَكَّرُونَ | 3 |
Surat Yunus, 10 : 3
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. | هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ | 5 |
Surat Yunus, 10 : 5
Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa. | إِنَّ فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ | 6 |
Surat Yunus, 10 : 6
Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. | وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الأرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ | 3 |
Surat Ar-Rad, 13 : 3
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya), | وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ | 16 |
Surat Al-Hijr, 15 ; 16
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. | وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلا | 12 |
Surat Al-Isra’a, 17 : 12
b. Sejarah
Materi dalam pelajaran IPS Sejarah untuk kelas VII semester ganjil disajikan tentang jenis-jenis manusia purba yang ada di bumi ini. Adanya manusia di bumi ini dapat kita baca dalam surat Al – Baqarah, 2 : 38
Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". | قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ | 38 |
Surat Shaad, 38 : 71
Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". | إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ | 71 |
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. | وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ | 11 |
Surat Al – A’raf, 7 : 11
Dia menciptakan manusia, | خَلَقَ الإنْسَانَ | 3 |
Surat Ar-Rahman, 55 : 3
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. | إِنَّا خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا | 2 |
Surat Al – Insaan, 76 : 2
c. Sosiologi
Dalam pelajaran IPS sosiologi ini materi yang disajikan untuk kelas VII adalah masalah interaksi sosial dalam masyarakat.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. | وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ | 4 |
Surat Al – Qalam, 68
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. | يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ | 27 |
Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja) lah", maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. | فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ | 28 |
Surat An – Nuur, 24 : 27-28
Didalam pelajaran IPS sosiologi ini selain sumber yang di dapat dari Al-Qur’an, banyak juga Hadist-hadits Nabi yang mengatur tentang interaksi sosila di dalam masyarakat antara lain dapar kita sajikan sebagai berikut :
· Hadis riwayat Abu Hurairah ra. dia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk sehingga setelah selesai menciptakan mereka, bangkitlah rahim (hubungan kekeluargaan) berkata: Ini adalah tempat bagi orang berlindung (kepada-Mu) dengan tidak memutuskan tali silaturahmi. Allah menjawab: Ya. Apakah kamu senang kalau Aku menyambung orang yang menyambungmu, dan memutuskan orang yang memutuskanmu? Ia berkata: Tentu saja. Allah berfirman: Itulah milikmu. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Bacalah ayat berikut ini kalau kalian mau: Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinganya dan dibutakan matanya. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran ataukah hati mereka terkunci. (Shahih Muslim No.4634)
· Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Rahim (tali persaudaraan) itu digantungkan pada arsy, ia berkata: Barang siapa yang menyambungku (berbuat baik kepada kerabat), maka Allah akan menyambungnya dan barang siapa yang memutuskan aku, maka Allah pun akan memutuskannya. (Shahih Muslim No.4635)
· Hadis riwayat Jubair bin Muth`im ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan. (Shahih Muslim No.4636)
· Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (Shahih Muslim No.4638)
· Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kamu saling membenci, saling mendengki dan saling bermusuhan, tetapi jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal seorang muslim mendiamkan (tidak menyapa) saudaranya lebih dari tiga hari. (Shahih Muslim No.4641)
· Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. (Shahih Muslim No.4646)
d. Ekonomi
Untuk pelajaran IPS ekonomi yang disajikan untuk kelas VII adalah tentang pemenuhan kebutuhan hidup manusia dengan permasalahannya. Seperti dapat kita baca dalam Surat Al-Mu’minuun, 23 : 19,20,21
Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan, | فَأَنْشَأْنَا لَكُمْ بِهِ جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ لَكُمْ فِيهَا فَوَاكِهُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ | 19 |
dan pohon kayu ke luar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan pemakan makanan bagi orang-orang yang makan. | وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُورِ سَيْنَاءَ تَنْبُتُ بِالدُّهْنِ وَصِبْغٍ لِلآكِلِينَ | 20 |
Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian darinya kamu makan, | وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهَا وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ | 21 |
Dan dalam Surat Yasiin, 36 :
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. | وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ | 33 |
Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, | وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ | 34 |
supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? | لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلا يَشْكُرُونَ | 35 |
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. | سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ | 36 |
Dan dalam surat Al-Mu’min, 40 : 79-80
Allah-lah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan. | اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأنْعَامَ لِتَرْكَبُوا مِنْهَا وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ | 79 |
Dan (ada lagi) manfaat-manfaat yang lain pada binatang ternak itu untuk kamu dan supaya kamu mencapai suatu keperluan yang tersimpan dalam hati dengan mengendarainya. Dan kamu dapat diangkut dengan mengendarai binatang-binatang itu dan dengan mengendarai bahtera. | وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ وَلِتَ لُغُوا عَلَيْهَا حَاجَةً فِي صُدُورِكُمْ وَعَلَيْهَا وَعَلَى الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ | 80 |
3. Guru
Siapa itu guru ? Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah (Saiful Bahri Djamarah, 2002). Selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik memiliki kepribadian yang paripurna. Dengan keimuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya.
Setiap guru memiliki kepribadian yang sesuai dengan latar belakang mereka sebelum menjadi guru. Kepribadian dan pandangan guru serta latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Guru adalah manusia unik yang memiliki karakter sendiri-sendiri. Perbedaan karakter ini akan menyebabkan situasi belajar yang diciptakan oleh setiap guru bervariasi.
Dalam lembaga pendidikan formal. Guru menjalakan tugas pokok dan fungsi yang multiperan, yaitu sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih. Istilah pendidik merujuk pada pembinaan dan pengembangan afeksi peserta didik. Istilah mengajar merujuk pada pembinaan dan pengembangan pengetahuan atau asah otak – intelektual, dan Istilah pelatih merujuk pada pembinaan dan pengembangan keterampilan peserta didik (Prof. Dr. Sudarwan Danim, 2002 : 15).
Dapat kita gambarkan secara gamblang bahwa guru yang baik dan profesional itu adalah guru yang melakukan semua pekerjaan sudah sesuai dengan ahlinya atau profesinya. Dengan kata lain efektivitas proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas sangat ditentukan oleh kompetensi guru, di samping faktor lain, seperti anak didik, lingkungan, dan fasilitas. Mereka tidak hanya memerankan fungsi sebagai subyek yang mentransfer pengetahuan kepada anak didik, melainkan juga melakukan tugas-tugas sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam proses belajar mengajar. Merujuk pada konsep yang dianut di lingkungan Depdiknas, guru harus memiliki 10 kompetensi.
Menurut Muhibbin Syah (2004), ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu :
v Menguasai Bahan
v Mengelola program belajar mengajar
v Mengelola kelas
v Menggunakan media atau sumber belajar
v Menguasai landasan kependidikan
v Mengelola interaksi belajar mengajar
v Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran
v Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
v Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
v Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil pendidikan guna
keperluan pengajaran.
Masih ada lagi tambahan bagaimana sebenarnya seorang guru yang baik itu dan ini patut sekali untuk dicontoh bagi guru-guru lainnya, yaitu :
ü Guru harus bersikap tenang dan tidak berlebih-lebihan dalam menghadapi setiap situasi.
ü Guru harus bersikap netral dalam segala hal dan tidak menunjukkan pendapat pribadi
ü Guru harus dapat menyukai anak didiknya secara adil
ü Guru harus memperlakukan anak didik secara sama
ü Guru harus mampu menyembunyikan perasaan meskipun terluka hatinya
ü Guru diperlukan anak didik karena belum dapat bekerja sendiri
ü Guru harus dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh anak didik.
Menurut saya uraian di atas tentang sikap dan prilaku guru sangat bagus, tetapi rasanya belum ideal kalau tidak diimbangi dengan sifat guru yang sholeh, alim (dalam arti tidak usah seperti ustaz) namun dalam kelimuan pengetahuan agamanya, guru tersebut bisa diandalkan dan dapat berperan dalam masyarakat.
Apalagi guru yang memberi pelajaran IPS, dimana di dalam pembelajarannya kemungkinan sekali banyak menguraikan materi –materi pelajaran yang selalu berkaitan dengan Al-Qur’an. Maka sudah sepantasnyalah guru tersebut banyak membaca literatur-literatur tentang keagamaan dan permasalahannya serta juga bisa /banyak membaca dan bisa menterjemahkan firman-firman Allah SWT serta Hadist-hadist Nabi Muhammad SAW.
Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya dari seorang guru yang mengajar mata pelajaran IPS dari sudut pandang Islami adalah bisa, dapat dan mampu memberikan contoh suri tauladan dari si guru, baik itu karakter/ watak/akhlak yang baik. Sikap dan perilaku yang muncul pada diri guru itu merupakan tampilan dari karakter si guru tersebut. Kita menghendaki jangan ada guru yang sampai bersikap dan bertindak tidak sesuai dengan perkataan atau ucapannya. Istilahnya manis di bibir namun pahit di dalam hati.
Berhasil tidaknya pembentukan karakter peserta didik melalui mata pelajaran IPS dengan sudut pandang Islam, itu tergantung pada gurunya. Dimana keteladanan dan budi pekerti guru merupakan kunci utama serta ujung tombak dalam upaya pembentukan karakter peserta didik.
Aspek lain juga yang perlu guru perhatikan dalam upaya pembentukan karakter peserta didik adalah dengan mengenal dan memahami peserta didik. Kita atau guru yang mengajar pada jenjang SMP/MTs haruslah sudah mengetahui bahwa peserta didik memasuki masa remaja awal dengan usia 13 atau 14 tahun sampai 17 tahun.
Masa remaja awal mempunyai ciri-ciri khas, Menurut Hurlock, dia menyebut bahwa periode pubertas sering disebut fase negatif, dimana terdapat gejala-gejala seperti : keinginan untuk menyendiri, kurangnya kemauan untuk bekerja/ malas, kurangnya koordinasi fungsi-fungsi tubuh, kejemuan, kegelisahan, konflik sosial, penantangan, kepekaan perasaan, mulai timbul minat pada lawan seks, dan suka berhayal (Muhammad Al-Mighwar,M.Ag, 2006 : 68).
Jadi dengan mengetahui hal ikhwal peserta didik, maka separo pekerjaan seorang guru dalam memberikan dan menjelaskan tentang materi pelajaran akan berkurang, sehingga separonya lagi tinggal melaksanakan proses strategi pembelajaran.
4. Proses Pembelajaran
Di dalam proses kegiatan belajar mengajar ada beberapa komponen yang antara satu dengan yang lainnya menjadi suatu sistem kesatuan yang saling terkait. Seperti : Guru, Kegiatan Belajar Mengajar (meliputi :Tujuan, strategi, materi, sumber dan media, pendekatan, model, metode, penilaian), peserta didik, fasilitas, kondisi.
Kegiatan pembelajaran yang sangat cocok untuk membentuk karakter peserta didik melalui mata pelajaran IPS yakni dengan versi pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efisien, dan Menyenangkan).
Pembelajaran yang sekarang ini mulai dan harus dilaksanakan adalah pembelajaran dengan memakai teori konstruktivisme. Teori Konstruktivisme adalah Satu fahaman bahwa murid bina sendiri secara aktif pengetahuan atau konsep berdasarkan kepada pengetahuan atau pengalaman yang sedia ada dan tidak menerima pengetahuan secara pasif dari alam sekeliling. Atau dengan kata lain peserta didik belajar dan bina sendiri pemahaman yang bermakna tentang alam sekeliling mereka.
Adapun ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme meliputi :
1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik
2. Fokus pada pembelajaran bukan pada pengajaran
3. Guru sebagai fasilitator
4. Pembelajaran sebagai suatu proses belajar
5. Mendukung pembelajaran secara koperatif
6. Menggalakkan dan menerima daya usaha peserta didik
7. Memberi peluang kepada peserta didik untuk memahami dengan melibatkannya dalam proses pembelajaran
8. Membiasakan bertanya dan berdialog guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa
9. Menggalakkan proses inkuiri peserta didik melalui kajian dan eksprimen
10. Menggunakan hasil ide / gagasan dari peserta didik sebagai panduan pengejaran selanjutnya.
Kemudian pembelajaran konstruktivisme dipadukan dengan Contekstual Teaching and Learning (CTL), Pembelajaran CTL adalah Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural).
Sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/-konteks lainnya.
Pembelajaran tersebut di atas akan mempunyai arti dan bentuknya apa bila dilaksanakan dengan Cooperative Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam rangka memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dimana pendekatan Cooperative Learning dilaksanakan dengan pemikiran sudah dilaksanakankan di Sekolah Menengah Pertama dengan Kurikulum KTSP, ini berdasarkan tuntutan pembelajaran yang mengharuskan keaktifan dan partisifasi siswa dalam pembelajaran, dimana guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan motivator terhadap siswa di dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran Koperative muncul dari konsep bahwa siswa akan akan lebih mudah menemukan dan memahami materi pelajaran yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Jadi, hakikat sosial dalam penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperative.
Pembelajaran Kooperative merupakan sebuah kelompok strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggan and Kauchak,1996 : 279). Pembelajaran ini disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dengan belajar bersama-sama.
Dalam pembelajaran ini siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa dan sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaborasi untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama mereka yang pada dasarnya sangat bermanfaat bagi kehidupan siswa di luar sekolah.
Pembelajaran kooperative mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang khas terhadap keragaman ras, budaya, agama, strata sosial, dan kemampuan (Ibrahim Dkk, 2000 : 9). Pembelajaran ini memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk belajar saling bergantung satu sama lain atas tugas bersama, dan melalui pembelajaran ini juga mereka diajarkan untuk menghargai orang lain, selain itu juga dapat melatih ketrampilan kerjasama dan tanyajawab.
Beberapa variasi model yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran koperative, yaitu :
1. STAD (Students Teams-Achievement Divisions)
Pembelajaran dengan menggunakan tim siswa kelompok prestasi yang dimunculkan oleh Salvin tahun 1955. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran model STAD adalah, sebagai berikut :
a. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
g. Guru memberi evaluasi
h. Penutup
2. JIGSAW
Pembelajaran menggunakan tim ahli dimunculkan oleh ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, (1978). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
g. Guru memberi evaluasi
h. Penutup
3. TPS ( Think Pair and Share) dimunculkan oleh Frank Lyman, 1985
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru
c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2
orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan
hasil diskusinya
e. Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada
pokok permasalahan dan menambah materi yang belum
diuangkapkan para siswa
f. Guru memberi kesimpulan
g. Penutup
4. NHT (Numbered Heads Together)
Pembelajaran menggunakan kepala bernomor yang dimunculkan oleh Spencer Kagan, 1992. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain
f. Kesimpulan .
Jadi keterkaitan empat koridor di atas sangat penting dimana dimana empat koridodor tersebut bekerja bersamaan dalam suatu sistem roda pembelajaran yang terjadi dan diciptakan sedemikian rupa di dalam suatu kelas guna mencapai apa yang sudah direncanakan dan menentukan sekali berhasil tidaknya upaya membentuk karakter peserta didik melalui pelajaran IPS dari sudut pandang Islami.
Karakter dari peserta didik akan mudah terbentuk dengan melalui suatu proses pembelajaran yang panjang, dimana perjalanan proses itu akan lancar apabila dilaksanakan oleh seorang guru secara konsisten dan berkomitmen bahwa usahanya untuk membentuk karakter peserta didik merupakan sebuah kewajiban dan tanggung jawab seorang guru yang profesional dalam rangka menciptakan peserta didik sebagai anak-anak bangsa penerus generasi untuk masa yang akan datang. Amin.
BAB 3
P E N U T U P
Karakter pada dasarnya diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang sudah tertanam untuk menjadi semacam nilai intrinsik dalam diri manusia dan mewujud dalam suatu sistem daya juang yang akan melandasi munculnya pemikiran sikap dan prilaku seorang manusia. Karakter tidak datang sendirinya, melainkan harus kita bentuk dan didisain sedemikian rupa sehingga nantinya menghasilkan pola atau tampilan perilaku seperti budi pekerti ataupun akhlak mulia yang bermoral untuk mencapai suatu tujuan yang mulia pula. Jadi, seorang yang berkarakter tidak cukup hanya sebagai seorang yang baik semata, tetapi orang berkarakter adalah orang yang baik dan sekaligus mampu menggunakan nilai baik tersebut melalui suatu daya juang mencapai tujuan mulia yang direncanakan.
Salah satu item ilmu pengetahuan sosial pada dasarnya bertujuan untuk membentuk manusia atau peserta didik mempunyai pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai norma, sikap dan karakter berdasarkan ilmunya untuk terjun bermasyarakat.
Dari dua definisi, baik itu karakter dan ilmu pengetahuan sosial, maka dapatlah di sini kita tarik suatu hubungan bahwa pembentukan karakter peserta didik itu sebenarnya dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan, khususnya dunia persekolahan dan yang lebih utama lagi dengan peran dari pembelajaran mata pelajaran IPS, karena di dalam pelajaran IPS itu terdapat tujuan untuk membentuk sikap atau karakter warga negara (peserta didik) untuk menjadi baik yang bersumber pada nilai agama, norma, pengetahuan dan keterampilan, sehingga nantinya siap terjun di kancah kehidupan bermasyarakat.
Dalam upaya pembentukan karakter peserta didk di sekolah melalui pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS), paling tidak ada empat koridor yang perlu dilakukan, yaitu :
1. Kurikulum
2. Materi Pelajaran
3. Guru
4. Proses pembelajaran.
Jadi keterkaitan empat koridor di atas sangat penting dimana dimana empat koridodor tersebut bekerja bersamaan dalam suatu sistem roda pembelajaran yang terjadi dan diciptakan sedemikian rupa di dalam suatu kelas guna mencapai apa yang sudah direncanakan dan menentukan sekali berhasil tidaknya upaya membentuk karakter peserta didik melalui pelajaran IPS dari sudut pandang Islami.
KEPUSTAKAAN
1. Agus Suprijono, 2009, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM,
Jogjakarta, Pustaka Pelajaran.
2. Udin S. Winataputra,dkk, 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta,
Universitas Terbuka.
3. Udin S. Winatgaputra,dkk, 2008, Pembelajaran IPS, Jakarta, Univ.Terbuka.
4. Prof. Dr. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno,M.Pd, 2007, Strategi
Belajar mengajar, Bandung, Refika Aditama.
5. Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd,dkk, 2007, Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta,
Nimas Multima.
6. Prof. Dr. Sudarman Danim, 2002, Inovasi Pendidikan, Bandung, Pustaka
Setia.
7. H. Soemarno Soedarsono, 2008, Membangun kembali jati diri bangsa,
Jakarta, elex Media Komputindo.
8. Prof. Dr. Mukhtar dan Drs. Martinis Yamin,M.Pd, 2007, Sepuluh kiat sukses
mengajar di kelas, Jakarta, Nimas Multima.
9. Muhammad Al-Mughwar,M.Ag, 2006, Psikologi Remaja, Bandung, Pustaka
Setia.
10. Dra. Hj. Inge Hutagalung,M.Si, 2007, Pengmebangan Kepribadian, Jakarta,
Indeks.