MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
Apabila
antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang
disebut dengan Model Pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Model
pembelajaran inovatif lahir dari adanya keresahan terhadap cara belajar
klasikal. Dimana peserta didik tidak dapat terlibat aktif dalam hal intelektual
maupun fisik. Karena itu, dirancanglah sebuah model pembelajaran yang bisa
mengaktifkan seluruh indera dan intelektualitas peserta didiknya.
Yang
termasuk ke dalam model pembelajaran inovatif adalah pembelajaran berbasis quantum teaching, pembelajaran berbasis multiple intelegencies, e-learning, active learning, integrated
learning, cooperative learning, pembelajaran berbasis sumber, konteksual learning, dan masih banyak
lagi yang lainnya.
Model pembelajaran
diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaksnya (pola
urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Setiap model memerlukan sistem
pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Disini akan
dikemukakan beberapa model pembelajaran
yang cocok untuk pembelajaran, antara lain:
A. Model Pembelajaran
Langsung (Direct Instruction)
Model pembelajaran langsung bertumpu
pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan teori belajar sosial, khususnya
tentang pemodelan (modelling). Menurut Bandura, belajar yang dialami
manusia sebahagian besar diperoleh dari suatu pemodelan yaitu meniru prilaku
dan pengalaman orang lain. Pada pembelajaran langsung tugas guru adalah
membantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu dan memahami pengetahuan deklaratif, yaitu
pengetahuan tentang sesuatu (yang diungkapkan dengan kata-kata). Model
pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang testruktur
dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Pada
model pembelajaran langsung terdapat lima fase / langkah pembelajaran. Kelima fase tersebut dapat dilihat pada
tabel 1. berikut:
Tabel 1: Sintaks model pembelajaran langsung
FASE-FASE
|
PERILAKU GURU
|
1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar
|
2.Presentasi materi ajar atau demonstrasi tentang keterampilan
tertentu
|
Guru menyajikan informasi tahap demi tahap atau
mendemonstrasikan keteram pilan yang benar
|
3.Memberikan pelatihan
|
Guru memberi bimbingan pelatihan
|
4. Memberikan umpan balik
|
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik
dan memberi umpan balik
|
5.Memberi kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
|
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan,
dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi yang lebih kompleks dan
kehidupan sehari-hari.
|
Berdasarkan sintak atau pola urutan di atas, maka model yang dapat
dikelompokkkan dalam model pembelajaran langsung antara lain adalah sebagai
berikut :
1. PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
1.
Menyajikan
materi sebagai pengantar
2. Guru menunjukkan/memperlihatkan
gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
3.
Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
4. Menunjuk/memanggil siswa secara
bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5.
Guru
menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut
guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7.
Kesimpulan/rangkuman.
2.
DEMONSTRATION
Model ini digunakan khusus untuk materi yang memerlukan
peragaan atau percobaan.
Langkah-langkah :
1.
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.
Guru
menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan.
3.
Siapkan
bahan atau alat yang diperlukan.
4.
Menunjukan
salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
5.
Seluruh
siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa
6. Tiap siswa atau kelompok mengemukakan
hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan
7.
Guru
membuat kesimpulan.
3.
EXPLICIT INTRUCTION
Merupakan model pembelajaran langsung khusus dirancang untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan proseduran dan pengetahuan
deklaratif yang dapat diajarkan dengan
pola selangkah demi selangkah. Model ini
dikembangkan oleh Rosenshina & Stevens tahun 1986.
Langkah-langkah :
1.
Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
2.
Mendemonstrasikan
pengetahuan dan ketrampilan
3.
Membimbing
pelatihan
4.
Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
5.
Memberikan
kesempatan untuk latihan lanjutan
4. PENAMPILAN ACAK
Model
ini merupakan pengembangan dari penulis sendiri untuk memaksimalkan atau
melihat kemampuan siswa di dalam pembelajaran. Selain itu juga dapat
menghidupkan suasana kelas.
Langkah-langkah:
1.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.
Menyajikan materi.
3.
Memberikan contoh.
4.
Mengecek pemahaman dengan cara siswa tampil
menjelaskan konsep atau mengerjakan soal. Siswa yang tampil secara acak
(misalnya melihat tanggal hari itu, maka siswa yang tampil sesuai dengan
tanggal yang dicocokkan dengan nomor urut di daftar hadir di kelas).
5.
Seandainya siswa tidak bisa menjelaskan atau
mengerjakan soal, maka siswa diminta untuk menampilkan kebolehannya di depan
kelas (misal menyanyi, dll).
6.
Guru menyimpulkan.
B. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
1. Pengertian
Cooperative Learning
Menurut Johnson & Johnson cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke
dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan
maksimal yang mereka milki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Menurut Anita Lie cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong,
yaitu system pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstruktur.
Cooperative
learning adalah suatu model pembelajaran yang saat
ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat
kepada siswa (student oriented),
terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan
siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan
tidak peduli pada yang lain.
Setiap model pembelajaran mempunyai ciri-ciri,
begitu juga dengan model pembelajaran cooperative
learning yang mempunyai ciri-ciri antara lain adalah :
1. Setiap anggota memiliki peran masing-masing.
2. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.
3.
Setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.
4.
Guru membantu
mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal di dalam kelompok.
5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan.
Tujuan utama dari pembelajaran dengan model cooperative learning adalah agar peserta
didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara
saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis. Pembelajaran kooperatif
memberi penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran yaitu bahwa
fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam kerjasama antar
individu sebelum fungsi mental tersebut terserap ke dalam individu tersebut.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya mempelajari materi saja, namun
juga mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut
keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif
tersebut antara lain :
a. Keterampilan
kooperatif tingkat awal meliputi :
Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan
berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi,
mengundang orang lain untuk bicara, menyelesaikan tugas pada waktunya,
menghormati perbedaan individu.
b. Keterampilan
kooperatif tingkat menengah meliputi :
Menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidak setujuan
dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat
ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab.
c. Keterampilan
kooperatif tingkat mahir meliputi :
Mengelaborasi, memeriksa dengan cermat,
menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, berkompromi.
Lingkungan belajar untuk
pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa
dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Enam
tahap (sintaks) pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2.
Sintaks model pembelajaran kooperatif
FASE-FASE
|
PERILAKU GURU
|
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa unruk belajar
|
2. Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan
|
3. Mengorganisasi siswa
ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
|
4.Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas
|
5. Mengevaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
|
6.Memberikan penghar gaan
|
Guru mencari cara –cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok
|
Di dalam pembelajaran
dengan model cooperative learning
peranan guru kurang begitu dominan karena pembelajaran berorintasi kepada
kegiatan siswa. Peranan guru pada pembelajaran ini hanya sebagai fasilitator,
mediator, direktor-motivator, dan sebagai evaluator.
Pembelajaran cooperative
learning mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan dengan model pembelajaran lain, yaitu :
1. Siswa tidak terlalu ketergantungan kepada guru,
menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informas dari
berbagai sumber.
2. Membangun kemampuan mengungkapkan ide/gagasan dan
membandingkan dengan orang lain.
3. Menumbuhkan sikap respek, menyadari keterbatasan dan
menerima perbedaan.
4. Memberdayakan sikap tanggung jawab siswa dalam
belajar.
5. Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial,
keterampilan mengatur waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
6. Mengembangkan kemampuan menguji ide dan pemahaman
sendiri dan menerima umpan balik.
7. Meningkatkan kemampuan menggunakan informasi.
8. Meningkatkan motivasi dan rangsangan berfikir.
Tetapi disamping beberapa keunggulan di atas ada
juga keterbatasan dari model pembelajaran cooperative
learning ini, antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Bagi siswa tertentu,
model ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
2.
Jika peer teaching tidak terlaksana dengan
efektif, maka yang seharusnya dipahami dan dipelajari siswa tidak akan pernah
dicapai.
3.
Penilaian diberian
didasarkan kepada hasil tidak terlaksana dengan efektif, maka yang seharusnya
dipahami dan dipelajari siswa tidak akan pernah dicapai.
4.
Penilaian diberian
didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
5.
Keberhasilan dalam
upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan perode waktu yang cukup
panjang.
Jadi
berdasarkan keterbatasan di atas, diharapkan guru mempunyai cara yang efektif
dan kreatif untuk menguranginya agar tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan
bersama dapat tercapai dengan maksimal. Langkah-langkah yang dapat dilakukan
oleh guru antara lain misalnya dengan pembagian tugas yang jelas bagi setiap
anggota kelompok, memotivasi siswa agar dapat tampil maksimal, penilaian jangan
hanya terbatas pada penilaian kelompok, dan harus bisa memperkirakan waktu yang
dibutuhkan di dalam suatu pembelajaran.
Selain
hal-hal di atas juga perlu diperhatikan guru adalah proses pembentukan kelompok
dan cara penyusunan kursi untuk setiap kelompok. Pada pembentukan kelompok
harap diperhatikan komposisi kelompok diusahakan heterogen sehingga dapat
terjadi interaksi di dalam pembelajaran. Dan untuk penyusunan kursi pada setiap
pembelajaran seharusnya difariasikan
antara menerapkan satu model dengan model yang lain agar siswa tidak merasa
bosan dengan susunan meja atau kursi yang monoton.
2.
Evaluasi
Dalam Pembelajaran Cooperative Learning
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya
bisa bekerja sama dengan efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan
setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu
setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.
Menurut
Lie (2002 :35) format evaluasi bisa bermacam-macam sesuai dengan tingkat
pendidikan siswa. Untuk siswa menengah/lanjutan dapat seperti berikut : Evaluasi Proses Kelompok
1. Apakah
setiap kelompok berpatisipasi?
Selalu____Biasanya____Kadang-kadang____Jarang_____Tidak
Pernah_____
2. Apakah
Anda (dan rekan Anda) sudah berusaha membantu yang lain untuk mengutarakan
pendapat?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak
Pernah______
3. Apakah
Andasudah saling mendengarkan satu sama lain?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak
Pernah______
4. Apakah
Anda menunjukkan tanda (misalnya menganggukan kepala) bahwa Anda mendengarkan?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak
Pernah______
5. Apakah
Anda memuji rekan yang telah bekerja baik untuk kelompok (misalnya mengungkapkan
pendapat yang bagus)?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak
Pernah______
6. Apakah
Anda memperhatikan satu sama lain?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak
Pernah______
7. Apakah
Anda saling bertanya?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak
Pernah______
8. Apakah
ada seseorang dalam kelompok yang berbicara paling banyak?
Ya______Tidak______
Sedangkan untuk penilaian, siswa mendapat nilai pribadi
dan nilai kelompok. Siswa bekerja sama dengan metode cooperative learning.
Mereka saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian
masing-masing mengerjakan tes sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi.
Nilai kelompok bisa dibentuk dengan beberapa cara.
Pertama, nilai kelompok bisa diambil dari nilai terendah yang didapat oleh
siswa dalam kelompok. Misalnya ini bisa digunakan untuk mengaktifkan siswa
didalam kelompok dengan cara menunjuk siswa yang dianggap paling lemah di dalam
kelompok untuk maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.Kedua,
nilai kelompok juga bisa diambil dari rata-rata nilai semua anggota kelompok
dari “sumbangan” setiap anggota.
Kelebihan kedua cara di atas adalah semangat kerjasama
yang ditanamkan. Dengan cara ini, kelompok bisa berusaha lebih keras untuk
membantu semua anggota kelompok dalam mempersiapkan diri untuk tes. Namun,
kekurangannya adalah perasaan negative dan tidak adil. Siswa yang mampu akan
merasa dirugikan oleh nilai rekannya yang rendah. Sedangkan siswa yang lemah
mungkin bisa merasa bersalah karena sumbangan nilainya yang paling rendah.
Untuk menjaga rasa keadilan ada cara lain yang bisa
dipilih. Setiap anggota kelompok menyumbangkan poin diatas nilai rata-rata
mereka sendiri. Misalnya, nilai rata si A adalah 60 dan kali ini dia mendapat
nilai 65, maka dia akan menumbangkan 5 poin
untuk kelompok. Ini berarti setiap siswa cepat maupun yang lambat
mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi. Siswa lambat tidak akan
merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga bisa memberikan
sumbangan. Malahan mereka akan merasa terpacu untuk meningkat kontribusi mereka
dan dengan demikian menaikkan nilai pribadi mereka sendiri.
Terdapat beberapa
pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran kooperatif, dan langkahnya sedikit
bervariasi tergantung pada pendekatan yang digunakan. Beberapa variasi dalam
model pembelajaran kooperatif antara lain: Student Teams Achievement Divisin
(STAD), Jigsaw, Teams Games Turnament (TGT), Think-Pair-Share, Numbered Head
Together dll.
Berikut ini diberikan beberapa contoh dari model
pembelajaran yang termasuk kooperatif learning dan dilengkapi dengan
langkah-langkah penerapannya:
1.
EXAMPLES NON EXAMPLES
Contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.
Guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/LCD.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi
kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang
siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5.
Tiap
kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi
siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7.
Kesimpulan.
2.
COOPERATIF SCRIP
Merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan
bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang
dipelajari.
Langkah-langkah :
1.
Guru
membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana/materi tiap
siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang
pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
•
Menyimak/mengoreksi/menunjukkan
ide-ide pokok yang kurang lengkap.
•
Membantu
mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau
dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti
diatas.
6. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan
Guru.
7.
Penutup.
3.
KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR
Merupakan model pengembangan dari Number Heads (Kepala
Bernomor) yang dipakai oleh Spencer Kagan. Teknik Kepala Bernomor Terstruktur ini
memudahkan pembagian tugas. Dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan
tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan
kelompoknya. Teknik ini bias digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Penugasan diberikan kepada setiap
siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai.
Misalnya
: siswa nomor satu
bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga
melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3.
Jika
perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok
lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu
atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
4.
Laporkan
hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
5.
Kesimpulan.
4. STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD)
Model ini berarti tim siswa kelompok prestasi, yang
dikembangkan oleh Slavin tahun 1995.
Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya =
4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2.
Guru
menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok
untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan
pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada
seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5.
Memberi
evaluasi.
6.
Kesimpulan.
5. JIGSAW (MODEL TIM AHLI)
Merupakan
model yang dikembangkan oleh Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, dan Snapp tahun
1978. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan
ataupun berbicara. Model ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran,
seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan
bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan.
Langkah-langkah :
1.
Siswa
dikelompokkan ke dalam 4 anggota dalam satu tim
2.
Tiap
orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3.
Tiap
orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang
telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim
ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu
tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6.
Tiap
tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7.
Guru
memberi evaluasi
8.
Penutup
6. ARTIKULASI
Langkah-langkah :
1.
Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2.
Guru
menyajikan materi sebagaimana biasa
3.
Untuk
mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Suruhlah seorang dari pasangan itu
menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya
5. Suruh siswa secara bergiliran/diacak
menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6.
Guru
mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup
7. MIND MAPPING
Model ini sangat baik digunakan untuk
pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkah :
1.
Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Guru
mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya
permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
3.
Membentuk
kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
4.
Tiap
kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok
tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
6. Dari data-data di papan siswa diminta
membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan
guru.
8. MAKE - A MATCH (MENCARI PASANGAN)
Model ini merupakan model
pembelajaran dengan cara mencari pasangan, yang dikembangkan oleh Lorna Curran tahun 1994. Salah satu
keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Model ini bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu
bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2.
Setiap
siswa mendapat satu buah kartu
3.
Tiap
siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4. Setiap siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5.
Setiap
siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi
agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7.
Demikian
seterusnya
8.
Kesimpulan/penutup
9. THINK-PAIR AND SHARE
Model ini
dikembangkan oleh Frank Lyman tahun 1985. Model ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Keunggulan lain dari model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.
Langkah-langkah :
1.
Guru
menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2.
Siswa
diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3. Siswa diminta berpasangan dengan
teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran
masing-masing
4.
Guru
memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan
pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan
para siswa
6.
Guru
memberi kesimpulan
7.
Penutup
10. BERPIKIR-BERPASANGAN-BEREMPAT
Model belajar mengajar
Berpikir-Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Thyng-Pair-Share)
dan Spencer Kagan (Thing-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning. Dengan metode
klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk
seluruh kelas, model ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih
banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka
kepada orang lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa dalam kelompok
berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
2. Setiap siswa memikirkan dan
mengerjakan tugas tersebut sendiri.
3. Siswa berpasangan dengan salah satu
rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
4. Kedua pasangan bertemu kembali dalam
kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya
kepada kelompok berempat.
11. BARKIRIM SALAM DAN SOAL
Model belajar mengajar Berkirim Salam
dan Soal memberikan siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan
mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri, sehingga akan merasa lebih terdorong
untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya.
Kegiatan Berkirim Salam dan Soal ini
cocok untuk persiapan menjelang tes dan ujian. Model ini bisa digunakan dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa dalam kelompok
berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan
yang akan dikirimkan ke kelompok yang lain. Guru bisa mengawasi dan membantu
memilih soal-soal yang cocok.
2. Kemudain, masing-masing kelompok
mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari
kelompoknya (Salam kelompok bisa berupa sorak kelompok).
3. Setiap kelompok mengerjakan soal
kiriman dari kelompok lain.
4. Setelah selesai, jawaban masing-masing
kelompok dicocokkan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.
12. BERCERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING)
Model ini dikembangkan sebagai
pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran. Model
bercerita berpasangan ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis,
mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Buah pikiran mereka akan
dihargai, sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesame siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi
dan meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi.
Langkah-langkah :
1. Guru membagikan bahan pelajaran yang
akan diberikan menjadi dua bagian.
2. Sebelum bahan pelajaran diberikan,
guru memberikan pengenalan mengenai topik
yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk
hari itu. Guru bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang
siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa agar lebih
siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, guru perlu
menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar bukanlah tujuannya. Yang lebih
penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan
diberikan hari itu.
3. Siswa dipasangkan.
4. Bagian pertama bahan diberikan kepada
siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
5. Kemudian siswa disuruh membaca atau
mendengarkan (dalam pelajaran di laboratorium bahasa) bagian mereka
masing-masing.
6. Sambil membaca/mendengarkan, siswa
disuruh mencatat dan mendaftar beberapa kata/frasa kunci yang ada dalam bagian
masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa disesuaikan dengan panjangnya teks
bacaan.
7. Setelah selesai membaca, siswa saling
menukar daftar kata/frasa kunci dengan pasangan masing-masing.
8. Sambil mengingat-ingat/memperhatikan
bagian yang telah dibaca/didengarkan sendiri, masing-masing siswa berusaha
untuk mengarang bagian lain yang belum
dibaca/didengarkan (yang sudah dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan
kata-kata/frasa-frasakunci dari pasangannya. Siswa yang telah
membaca/mendengarkan bagian yang pertama berusaha untuk menuliskan apa yang
terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian yang
kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
9. Tentu saja, versi karangan sendiri
tidak harus sama dengan bahan yang sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk
mendapatkan jawaban yang benar, melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa
dalam kegiatan belajar dan mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa siswa
diberikan kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
10. Kemudian, guru membagikan bagian
cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
11. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan
diskusi mengenai topic dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan
antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
13. KANCING GEMERINCING
Model pembelajaran Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spencer
Kagan tahun1992. Dalam kegiatan Kancing Gemerincing ini masing-masing anggota
kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. Keunggulan lain dari model
ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai
kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada siswa yang terlalu dominan
dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada siswa yang pasif dan pasrah saja pada
rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung
jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena siswa yang pasif akan terlalu
menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Model belajar mengajar Kancing
Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama
untuk berperan serta secara aktif di
dalam pembelajaran.
Langkah-langkah:
1. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang
berisi kancing-kancing (bisa juga benda-benda kecil lainnya seperti kacang
merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan
sebagainya).
2. Sebelum kelompok memulai tugasnya,
setiap siswa dalam masing-masing keloopok mendapat dua atau tiga buah kancing
(jumlah kancing bergantung bergantung pada sukar tidaknya tugas yang
diberikan).
3. Setiap kali seorang siswa berbicara
atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan
meletakkannya di tengah-tengah.
4. Jika kancing yang dimiliki seorang
siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga
menghabiskan kancing mereka.
5. Jika semua kancing sudah habis,
sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk
membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
14. DEBATE
Langkah-langkah :
1.
Guru
membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca
materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi. Guru
menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi
atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan
gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di
papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5.
Guru
menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6. Dari data-data di papan tersebut,
guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang
ingin dicapai.
15. ROLE PLAYING
Langkah-langkah :
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario
yang akan ditampilkan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk
mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
3. Guru membentuk kelompok siswa yang
anggotanya 5 orang
4. Memberikan penjelasan tentang
kompetensi yang ingin dicapai
5. Memanggil para siswa yang sudah
ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
6. Masing-masing siswa duduk di
kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang
diperagakan
7. Setelah selesai dipentaskan,
masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas
8. Masing-masing kelompok menyampaikan
hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara
umum
10. Evaluasi
11. Penutup
16. GROUP INVESTIGATION
Model pembelajaran ini dikembangkan
oleh Sharan tahun 1992.
Langkah-langkah :
1.
Guru
membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2.
Guru
menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu
materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang
berbeda dari kelompok lain
4. Masing-masing kelompok membahas
materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
5. Setelah selesai diskusi, lewat juru
bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok
6.
Guru
memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7.
Evaluasi
8.
Penutup
17. TALKING STIK
Langkah-langkah :
1.
Guru
menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang
akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk
membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
3. Setelah selesai membaca buku dan
mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan
kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang
tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5.
Guru
memberikan kesimpulan
6.
Evaluasi
7.
Penutup
18. BERTUKAR PASANGAN
Model
belajar mengajar Bertukar Pasangan memberikan siswa kesempatan untuk bekerja
sama dengan orng lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1. Setiap siswa mendapat satu pasangan
(guru biasa menunjukkan pasangannya atau siswa menunjukkan pasangannya
2.
Guru
memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya
3.
Setelah
selesai setiap pasangan bergabungdengan satu pasangan yang lain
4. Kedua pasangan tersebut bertukar
pasangan masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan
jawaban mereka
5. Temuan baru yang didapat dari
pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
19. SNOWBALL THROWING
Langkah-langkah :
1.
Guru
menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan
memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali
ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh
guru kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa
diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja
yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. Kemudian kertas tersebut dibuat
seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu
pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7.
Evaluasi
8.
Penutup
20. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
Merupakan model pembelajaran yang siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat
pada rekan peserta lainnya.
Langkah-langkah :
1.
Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.
Guru
mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa/peserta
untuk menjelaskan kepada peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik
melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya
4.
Guru
menyimpulkan ide/pendapat dari siswa
5.
Guru
menerangkan semua materi yang disajikan saat itu
6.
Penutup
21. COURSE REVIEW HORAY
Langkah-langkah :
1.
Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.
Guru
mendemonstrasikan/menyajikan materi
3.
Memberikan
kesempatan siswa tanya jawab
4. Untuk menguji pemahaman, siswa
disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi
angka sesuai dengan seler masing-masing siswa
5. Guru membaca soal secara acak dan
siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung
didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau
diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
7.
Nilai
siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8.
Penutup
22. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND
COMPOSITION (CIRC)
Merupakan model pembelajaran yang
memadukan antara membaca dan menulis yang dikembangkan oleh Steven dan Slavin
pada tahun 1995.
Langkah-langkah :
1.
Membentuk
kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2.
Guru
memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3. Siswa bekerja sama saling membacakan
dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan
ditulis pada lembar kertas
4.
Mempresentasikan/membacakan
hasil kelompok
5.
Guru
membuat kesimpulan bersama
6.
Penutup
23. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN
KECIL LINGKARAN BESAR)
Merupakan model pembelajaran
lingkaran kecil-lingkaran besar yang dikembangkan oleh Spencer Kagan. Siswa
saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda
dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah :
1.
Separuh
kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
2. Separuh kelas lainnya membentuk
lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari
lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa
dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa berada di lingkaran
kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu
atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di
lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya.
24. TEBAK KATA
Persiapan alat :
1. Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah
ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada
kartu yang ingin ditebak.
2. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk
menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan
ditempel pada dahi atau diselipkan ditelinga.
Langkah-langkah :
1.
Jelaskan
TPK atau materi ± 45 menit
2.
Suruhlah
siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan
3. Seorang siswa diberi kartu yang
berukuran 10x10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang
lainnya diberi kartu yang berukuran 5x2 cm yang isinya tidak boleh dibaca
(dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10x10
cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak
apa yang dimaksud dalam kartu 10x10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi
kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang
tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu
yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan
langsung memberi jawabannya.
Dan seterusnya.
CONTOH KARTU
•Perusahaan ini tanggung-jawabnya
tidak terbatas
•Dimiliki oleh 1 orang
•Struktur organisasinya tidak resmi
•Bila untung dimiliki,diambil sendiri
NAH … SIAPA … AKU ?
JAWABNYA : PERUSAHAAN
PERSEORANGAN
25.
WORD SQUARE
Persiapan alat :
1. Buat kotak sesuai keperluan
2. Buat soal sesuai KD atau Indikator
Langkah-langkah :
1.
Sampaikan
materi sesuai KD atau Indikator
2.
Bagikan
lembaran kegiatan sesuai contoh
3.
Siswa
disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
4.
Berikan
poin setiap jawaban dalam kotak
|
CONTOH
SOAL
1.
Sebelum
mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …….
2.
…….
Digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3.
Uang
……. Saat ini banyak di palsukan
4.
Nilai
bahan pembuatan uang disebut …….
5.
Kemampuan
uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …….
6.
Nilai
perbandingan uang dalam negara dengan mata uang asing disebut …….
7.
Nilai
yang tertulis pada mata uang disebut nilai …….
8.
Dorongan
seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif …….
9. Perintah tertulis dari seseorang yang
mempunyai rekening ke bank untuk membayar sejumlah uang disebut …….
26.
SCRAMBLE
Persiapan Alat :
1.Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan KD atau indikator
2.Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah :
1.
Guru
menyajikan materi sesuai KD atau indikator
2.
Membagikan
lembar kerja sesuai contoh
Susunlah huruf-huruf pada kolom
sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan kolom A.
Kolom A
1. Sebelum mengenal uang orang melakukan
pertukaran dengan cara …
2. ... digunakan sebagai alat pembayaran yang
sah
3. Uang ... saat ini banyak dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai ...
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah
barang atau jasa disebut nilai ...
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan
mata uang asing disebut ...
7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai
...
8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk
keperluan jual beli disebut ...
9. perintah tertulis dari seseorang yang
mempunyai rekening di bank untuk
membayar sejumlah uang disebut ...
Kolom B
1. TARREB ..................................
2. GANU
.......................................
3. TRASEK
....................................
4. KISTRINI
....................................
5. LIRI
.............................................
6. SRUK .......................................
7. MINALON ...............................
8.
SAKSITRAN ..............................
9.
KEC
..........................................
27.
CONSEPTSENTENSE
Langkah-langkah :
1.
Guru
menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi secukupnya
3.
Guru
membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai
materi yang disajikan
5. Tiap kelompok disuruh membuat
beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat
6. Hasil diskusi kelompok. Didiskusikan
lagi secara pleno yang dipandu Guru
7.
Kesimpulan
28.
TAKE AND GIVE
MEDIA :
1. Kartu ukuran ± 10x15 cm sejumlah
peserta tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya,
materi sesuai dengan TPK
2.
Kartu
contoh sejumlah siswa
CONTOH Kartu :
NAMA SISWA :
SUB MATERI :
NAMA YANG DIBERI
1.
2
3.
4. dst.
Langkah-langkah
:
1.
Siapkan
kelas sebagaimana mestinya
2.
Jelaskan
materi sesuai TPK
3. Untuk memantapkan penguasaan peserta
tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih
kurang 5 menit
4.
Semua
siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap
siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh
5. Demikian seterusnya sampai tiap
peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give)
6. Untuk mengevaluasi keberhasilan
berikan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang
lain)
7.
Strategi
ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
8.
Kesimpulan
29.
COMPLETTE SENTENSE
Media : Siapkan blangko isian berupa
paragraf yang kalimatnya belum lengkap
Langkah-langkah :
1.
Guru
menyampaikan yang ingin dicapai
2. Menyampaikan materi secukupnya atau
peserta disuruh membacakan buku atau model dengan waktu secukupnya
3.
Bentuk
kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
4.
Bagikan
lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat contoh)
5. Peserta diharap berdiskusi untuk
melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia
6.
Bicarakan
bersama-sama anggota kelompok
7. Setelah jawaban benar yang salah
diperbaiki. Tiap peserta disuruh membaca berulang-ulang sampai mengerti atau
hapal
8.
Kesimpulan
30.
TIME TOKEN
Merupakan model pembelajaran berdasarkan truktur yang dapat digunakan
untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi
pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Model pembelajaran ini dikembangkan
oleh Arends tahun 1998.
Langkah-langkah :
1.
Kondisikan
kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)
2.
Tiap
siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap siswa diberi
sejumlah nilai sesuai waktu keadaan
3.
Bila
telah selesai bicara kopon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap bebicara satu
kupon
4.
Siswa
yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus
bicara sampai kuponnya habis
5.
Dan
seterusnya
31.
PAIR CHEKS
Model pembelajaran ini dikembangkan
oleh Spencer Kagen tahun 1993.
Langkah-langkah :
1.
BEKERJA
BERPASANGAN
Bentuk
tim dalam pasangan-pasangan dua siswa dalam pasangan itu mengerjakan soal yang
pas sebab semua itu akan membantu melatih
2.
PELATIH
MENGECEK
Apabila
patner benar pelatih memberi kupon
3.
BERTUKAR
PERAN
Seluruh
patner bertukar peran dan mengurangi langkah 1 – 3
4.
PASANGAN
MENGECEK
Seluruh
pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban
5.
PENEGASAN
GURU
Guru
mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep
32.
KELILING KELOMPOK
Model pembelajaran ini bermaksud agar
masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi
mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya.
Langkah-langkah :
1. Salah
satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan
pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
2. Siswa
berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
3. Demikian
seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari
kiri ke kanan.
33.
TARI BAMBU
Model pembelajaran ini bertujuan agar
siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang
berbeda dalam waktu singkat secara teratur strategi ini cocok untuk materi yang
membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.
Langkah-langkah :
1.
Separuh
kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika
ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa
berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan
pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
2.
Separuh
kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
3.
Dua
siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
4.
Kemudian
satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung
lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini
masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa
dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.
34.
DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STAY-TWO STRAY)
Model pembelajaran ini memberikan
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok
lain. Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagen tahun 1992. Model ini bisa
digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor.
Langkah-langkah :
1.
Siswa
bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa
2.
Setelah
selesai, dua orang dari masing-masing bertamu kedua kelompok yang lain
3.
Dua
orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
mereka ke tamu mereka
4.
Tamu
mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka
dari kelompok lain
5.
Kelompok
mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka
35.
TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Langkah-langkah:
1. Buat kelompok
siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan dan setiap
kelompok mempunyai tugas bisa sama atau berbeda.
2.
Siapkan meja turnamen secukupnya,
missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara,
meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah.
Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan
kelompok.
3.
Selanjutnya adalah opelaksanaan
turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap
meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit).
Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya
diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal.
4.
Siswa pada tiap meja
tunamen sesua dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior,
very good, good, medium.
5.
Bumping, pada
turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan
pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi,
siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja
turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
6.
Setelah selesai
hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan
penghargaan kelompok dan individual.
36.
TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI)
Model pembelajaran ini berarti
Bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) dengan karateristik bahwa
(Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa
harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola
komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi. Model ini
dikembangkan oleh Slavin tahun 1985.
Langkah-langkah :
1. Buat
kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul.
2. Siswa
belajar kelompok dengan dibatu oleh siswa pandai anggota kelompok secara
individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi.
3. Penghargaan
kelompok dan refleksi serta tes formatif.
0 komentar:
Posting Komentar