Penggunaan Musik dalam Pembelajaran
Oleh:
Adi Saputra, M.Pd
Sejarah
musik dalam peradaban manusia sudah sangat tua, setua usia peradaban itu
sendiri. Musik merupakan satu aspek penting dalam hidup manusia dan respon kita
terhadap musik, tampaknya sudah terukir dalam otak sejak kita dilahirkan. Dalam
buku Music, Mind and Brain, Manfred
Clynes menjelaskan bagaimana musik dapat mempengaruhi seluruh aktivitas otak. Struktur musik yang harmonis,
kualitas interval, timbre, pola nada dan tempo diproses pada otak kanan kita.
Sedangkan perubahan yang cepat seperti pada volume suara, penataan nada suara,
dan lirik diproses pada otak kiri.
Pengaruh
musik juga dapat kita rasakan pada detak jantung kita. Saat kita mendengarkan
musik, otak memproses apa yang kita dengar sehingga detak jantung kita
cenderung mengikuti atau sinkron dengan
kecepatan musik tersebut. Hal ini menjelaskan mengapa saat kita mendengarkan
musik dengan tempo yang tinggi, detak jantung kita meningkat dan kita menjadi semangat. Saat
kita mendengar musik dengan tempo yang rendah, misalnya sekitar 55-70 bit per
menit, detak jantung akan melambat dan kita akan menjadi rileks.
Dari Adi
Gunawan (2007:257) ada satu hasil
penelitian yang sangat mengejutkan yang diperoleh saat melakukan studi
terhadap aktivitas otak saat belajar dan saat otak mendengarkan musik Mozart.
Hasil pemindaian (scanning) terhadap
aktivitas kedua belah otak menunjukkan gambar yang mirip atau hampir sama.
Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Frances Rauscher di Centre for the Neurobiology of Learning and Memory di Universitas
California, menunjukkan bahwa dengan hanya dengan musik Mozart selama 10 menit
telah dapat meningkatkan hasil tes pada bidang spasial dan abstrak reasoning. Hal ini berakibat pada meningkatnya nilai IQ
sebesar 8-9 point. Walaupun efek peningkatan ini hanya bertahan selama sekitar
5 sampai 15 menit, namun ini merupakan penemuan yang luar biasa. Hal ini
menunjukkan bahwa IQ dapat ditingkatkan.
Selanjutnya, kalau kita
hubungkan dengan teori multiple
intelegences Howard Gardner, jenis kecerdasan
yang dimiliki setiap individu yaitu linguistik, logika-matematis, spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal dan naturalis. Melalui delapan jenis kecerdasan ini, setiap individu
mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Karena itu juga Amstrong menyebutkan kecerdasan
tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan
mereka sebagai sang juara, karena
pada dasarnya setiap anak cerdas. Salah satu dari delapan jenis kecerdasan tersebut adalah
kecerdasan musikal dan kita harus memahami karakteristik dari kecerdasan
musikal ini. Karena di dalam kelas, siswa yang mempunyai kecerdasan ini
biasanya menunjukkan perilaku yang kadang-kadang menurut guru yang belum
memahaminya melakukan kegiatan yang kurang mengenakkan, misalnya sambil belajar
bersenandung, bersiul, atau memukul-mukul mejanya dengan pena/pensil seperti seorang
drummer.
Seorang anak yang memiliki kecerdasan musikal biasanya
senang bernyayi, senang mendengarkan musik, mampu memainkan instrumen musik,
mampu membaca not balok/angka, mudah mengingat melodi atau nada, mudah
mengenali banyak lagu yang berbeda-beda, mampu mendengarkan perbedaan antara
instrumen yang berbeda-beda yang dimainkan secara bersama-sama, suka
bersenandung/bernyanyi sambil berpikir atau mengerjakan tugas, mudah menangkap
irama dalam suara-suara disekelilingnya, senang membuat suara musikal dengan
tubuhnya (bersenandung, bertepuk tangan, menjentikkan jari, atau menghentakkan
kaki), senang mengarang/menulis lagu atau rap-nya sendiri dan mudah mengingat
fakta-fakta dengan mengarang lagu untuk fakta-fakta tersebut.
Pembelajaran yang menerapkan kecerdasan musikal antara
lain dapat dilakukan dengan menggunakan musik sebagai musik latar, membuat inti
materi ke dalam bentuk sebuah lagu, dan mengkaitkan materi pelajaran dengan
musik. Musik sebagai musik latar digunakan dengan memilih lagu berupa musik
instrumentalia yang terutama adalah musik klasik. Materi pelajaran dibuat ke
dalam bentuk sebuah lagu dapat dilakukan dengan menggubah lirik atau syair lagu
yang berisi materi pelajaran tersebut sesuai dengan irama lagu tertentu.
Sedangkan mengkaitkan materi pelajaran dengan musik dapat dilakukan dengan cara
mencari relevansi materi dengan musik tertentu.
Ada beberapa keuntungan
dari penggunaan musik di dalam pembelajaran, yaitu: 1) membuat siswa rileks dan
mengurangi stres, 2) mengurangi masalah disiplin, 3) meransang aktivitas dan
kemampuan berpikir, 4) membantu kreativitas dengan membawa otak pada gelombang
tertentu, 5) meransang minat baca,
keterampilan motorik, dan perbendaharaan kata, dan 6) sangat efektif untuk
proses pembelajaran yang melibatkan pikiran sadar maupun pikiran bawah sadar.
Manfaat musik sebenarnya
sangat tergantung pada cara kita menggunakannya, kapan dan apa jenis musiknya.
Berikut adalah 10 cara untuk menggunakan musik di dalam pembelajaran terutama
sebagai musik latar.
1.
Musik sebagai Pembukaan Pembelajaran
Musik bila digunakan pada waktu yang
sesuai akan sangat membantu mempengaruhi mood
dan atmosfir belajar.
Contoh musik: Sonata for Two Pianos
in D dari Mozart, Paganini for Two dari Nicolo Paganini, The Universal (The
Great Escape) dari Blur, atau dapat juga menggunakan musik yang lagi populer
saat ini.
2.
Musik sebagai Pembatas Waktu
Musik dapat digunakan untuk
menetapkan waktu bagi siswa di dalam proses pembelajaran. Caranya dengan
menyebutkan bahwa siswa akan melakukan aktivitas tertentu selama musik
berjalan, begitu musik selesai dibunyikan maka aktivitas selesai.
Contoh musik: Flight of the Bumble
Bee dari Nicholas Risky Korsakof, Theme tune from Mission Impossible, Everyday
is a Winding Road dari Sheryl Crow.
3.
Musik untuk Memperbaiki dan Meningkatkan
Mood
Musik dapat digunakan untuk membuat
perubahan mood dan suasana kelas.
Misalnya musik dimainkan pada saat kelas merayakan suatu keberhasilan, maka
yang terjadi adalah perasaan, emosi, sukses, kegembiraan, mood, dan atmosfir positif pada saat itu sedang berlangsung di
kelas dijangkarkan pada musik.
Contoh musik: Tubthumping dari
Chumbawamba dan Greatest Hits dari Gipsy Kings.
4.
Musik untuk Membangkitkan Semangat
dan Energi
Saat suasana kelas yang agak
menurun, siswa yang sudah mulai terlihat mengantuk, bosan atau letih, maka
mainkan musik yang mempunyai tempo tinggi sambil melakukan aktivitas kinestetik
atau brain gym. Lakukan selama 1-2
menit saja yang penting selain musiknya semangat, siswa juga diminta untuk
bergerak dengan semangat dan antusias. Ini akan memperlancar sirkulasi darah ke
otak sehingga badan akan terasa lebih segar.
Contoh musik: Sonata in C Major
(K.388) dari Mozart, Walking in the Sun dari Usura/Datura, dan The Final Count
Down dari Europe.
5.
Musik untuk Relaksasi
Bila ingin siswa ingin rileks
setelah selesai mengerjakan tugas yang membutuhkan pemikiran yang dalam dan
berat, atau sebelum mengerjakan tugas yang berhubungan dengan kreativitas maka
mainkan musik yang temponya lambat. Musik tersebut bisa mempunyai tempo sekitar
40-55 atau 55-70 bit per menit.
Contoh musik: Nocturne in E Flat
Major dari Chopin, Pachelbel’s Canon in D dari The Motion Picture, Symphony no
6 dari Beethoven, The Four Seasons dari Antonio Vivaldi, dan Water Music dari
Handel.
6.
Musik untuk Membantu dan Mengarahkan
Visualisasi
Musik yang tepat dapat sangat
membantu melakukan visualisasi dan musik ini akan menjadi musik latar untuk
membantu proses relaksasi.
Contoh musik: Air (Suite for
Orchestra no 3) dari Bach, Symphonies no 94, 100, dan 101 dari Haydn, dan
Clarinet Quintet in A dari Mozart.
7.
Musik untuk Membantu Diskusi
Saat melakukan diskusi, mainkan
musik sebagai latar yang berperan dalam menciptakan atmosfir yang mendukung
proses diskusi tersebut. Saat diskusi baru dimulai, mainkan musik dengan volume
yang agak keras. Hal ini memaksa peserta diskusi untuk berbicara dengan suara
keras. Ini akan sangat berguna untuk menyiasati siswa yang pemalu dan tidak
berani berbicara dengan suara keras. Setelah diskusi berlangsung pada level
suara yang diinginkan, maka turunkan volume musiknya.
Contoh musik: Galaxia dan Allegria
dari Gypsy Kings, Life is a Rollercoaster dari Ronan Keating.
8.
Musik untuk Memperkuat Tema
Bila materi pelajaran dikemas dalam
suatu tema, musik dengan tema yang sama akan sangat membantu untuk memperkuat
tema tersebut. Yang paling mudah digunakan adalah musik yang berasal dari tema
suatu film.
Contoh musik: The Whole New World
dari Theme songs from Alladin, We Are the Champion dari Queen, dan What a
Wonderful World dari Louis Armstrong.
9.
Musik Menemani Kegiatan Fisik untuk
Membantu Sinkronisasi Otak
Musik digunakan untuk menemani
aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan sinkronisasi otak, misalnya
dengan brain gym.
Contoh musik: Let’s Twist Again dari
Chubby Checker, Dancing Queen dari ABBA, La Bamba dari Los Lobos, dan Asereje
dari Las Ketchup.
10.
Musik untuk Penutup
Kalau ada musik untuk pembukaan,
maka harus ada musik untuk penutup. Musik ini dimainkan saat siswa telah
selesai belajar dan bersiap untuk pulang.
Contoh musik: We Are the Champion
dari Queen, Theme tune to the Lion King, Celebration dari Fun Factory.
Daftar Pustaka
Adi W. Gunawan.2007. Genius Learning
Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Armstrong, Thomas.1994. Multiple Intelegences in the Classroom. Virginia: Association for
Supervision and Curriculum Development.
Campbell,
C. dan Dickinson. 2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelegences. Jakarta : Intuisi Press.
0 komentar:
Posting Komentar